PRESIDEN SBY DAN WALI MURID
(Edisi Pemimpin Tidak Boleh Umbar Janji)
Oleh
Ilham Mirsal
Ada sebuah catatan menarik yang dicatat oleh Dr. Dino Patti Djalal terkait kehati-hatian SBY dalam melakukan sebuah janji, peristiwa terjadi pada tahun 2008, ketika itu SBY melakukan kunjungan kerja kesebuah sekolah di Jakarta Timur. Seperti biasa Presiden melakukan dialog dengan para wali murid, salah satu menyampaikan rasa terimakasih atas program pemerintah ketika itu yang menggratiskan biaya sekolah plus bantuan dana tunai untuk seragam dan kelengkapan sekolah lainya.
Dalam proses diskusi, seorang ibu memohon kepada Presiden SBY untuk menggratiskan biaya anaknya sampai ke bangku kuliah di perguruan tinggi, sebuah permohonan seorang ibu, dihadapan para media yang diskusinya diliput oleh berbagai wartawan baik media cetak dan lainya, tentu SBY harus hati-hati memberi jawaban, agar apa yang ia putuskan tidak terkesan mengibuli semata.
Dalam kondisi spontan SBY dapat mengambil kebijakan yang baik, tidak tergesa-gesa, serta menjadi hal yang dapat dimaklumi bersama. SBY menyampaikan maaf dengan bahasa santun dan memuaskan, “saya mengerti bagaimana harapan ibu untuk para anak-anak kita, tapi keuangan negara hanya mampu memberikan pendidikan wajib belajar selama 9 tahun, adapun biasiswa hanya kita prioritaskan sementara bagi putra dan putri yang berprestasi. Oleh sebab itu saya tidak dapat berjanji membebaskan biaya kuliah dengan menjelaskan kondisi yang sebenarnya”.
Janji bukan sekedar ucapan, tapi harus dipertanggungjawabkan, ditengah banyaknya tokoh bangsa mengumbar janji semata untuk rakyatnya, baik tingkat satu dan tingkat dua, para pimpinan daerah dan pejabat publik lainnya dengan mudah menyampaikan janji politik semata, SBY justru sosok yang mampu menjaga lisan tidak mudah berjanji, walau terkadang dengan sikap ini dianggap ia tidak bernyali, kita sepakat janji dan nyali dua hal yang berbeda, sikap SBY merupakan kesatrian demi menjaga kemuliaan sesama.
Seorang pemimpin, harus mampu membedakan antara memberi harapan dengan mengobral janji, pemimpin hebat harus hati-hati memberi janji pada rakyatnya, karena janji akan diingat dan akan ditagih, jika tidak ditepati akan hilang kepercayaan masyarakat pada pemerintah, dan berdosa dihadapan Allah.
Masih dalam catatan Dr, Dino, ketika SBY berkunjung ke Desa Kertamaya Bogor Jawa Barat, guna melihat persiapan penyaluran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, dihadapan para pimpinan daerah dan dihadapan para media, SBY mengingatkan semua pihak pelaku politik, yang ketika itu menjelang tahun politik, agar tidak mengumbar janji dalam visi dan misi, jangan halalkan segala cara menyampaikan janji manis kemudian tidak mampu direalisasi, untuk itu himbauan SBY pada pilkada yang akan diselenggarakan kedepan, para kandidat hanya menyampaikan visi dan misi yang kira-kira mampu di tepati.
Dalam catatan penasehat SBY, Dr. Joyo Winoto, dituliskan bahwa Presiden SBY sangat hati dalam menyampaikan kampanyenya, setiap angka dan kata-kata dipertimbangkan, agar apa yang dijanjikan mampu direalisasi, untuk itu melalui Penasehatnya Dr. Yoyo SBY selalu mewanti-wanti agar para jurkam tidak menyampaikan diluar ketentuan yang sudah disepakati.
Karna kehatiannya dalam berjanji, banyak peristiwa saat pemerintahan SBY dikritik, di demo dalam suatu masalah yang dianggap belum dituntaskan, SBY selamat dari kritikan tersebut karena memang tidak pernah ia janjikan, bahkan sang Presiden menantang para pembantunya dan para pengkritik untuk mengecek di butiran janji-janjinya apakah ada tertulis atau tidak, al-hasil, benar tidak pernah dijanjikan olehnya.
Jika berbicara politik, negara mana pun, janji yang tidak terpenuhi merupakan hal biasa dalam sebuah janji politik, tidak mungkin seorang pimpinan mampu merealisasi semua janji politiknya, tapi dari sini kita bisa mengenali tipe pemimpin yang hanya sekedar berjanji bahkan kadang ia sendiri tidak mengerti apa janji tersebut, lebih parah dari awal ia janjikan memang sudah diketahuinya tidak mampu dilunasi karna tidak realistis tapi tetap dipaksakan demi kemenangan, akirnya ia sibuk mencari alasan-alasan untuk mengelabui rakyat.
Tapi ada tipe pemimpin, menyampaikan janji yang dipandangnya realistis, mampu direalisasi, tapi setelah berusaha keras ia gagal mewujudkannya, bukan sekedar mencari alasan semata. Dan tipe kedua ini kita lihat dari presiden keenam kita, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, seorang yang jeli dengan sebuah janji, dan gigih berusaha menepatinya.
Diantara banyak sikap positif SBY, salah satu yang patut jadi panutan anak bangsa adalah kehatian beliau dalam memimpin, termasuk menyampaikan janji, dari sikap ini tergambar sikap intelektual dan rejilius sang presiden sangat kuat, selain sikap tersebut, juga menggambarkan bahwa SBY merupakan pribadi yang berwawasan luas, ia mampu menjadikan pengalaman sebagai guru dalam sebuah tindakan. Terimakasih pak SBY, semoga diusia senja, terus sehat dan panjang umur, doakan bangsa ini menjadi Negara yang pernah engkau cita-citakan. (AY).
No comments:
Post a Comment