Saturday, September 4, 2021

KHUTBAH JUMAAT: PERAN ULAMA DAYAH DALAM MENGATASI KERUSAKAN AHKLAK


KONTRIBUSI ULAMA DAYAH

DALAM MENGATASI KERUSAKAN AHKLAK

Oleh:

Tgk. Ilham Mirsal, S,Pd.I, MA

 

الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ  أَمَرَنَا بِتَرْك الْمَنَاهِيْ وَفِعْلِ الطَّاعَاتِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبهِ الهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلمَآبِ. اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ:

Jamaah Jumaat yang Dimuliakan Allah...!

Rasulullah saw, diutuskan kemuka bumi dengan misi utamanya adalah memperbaiki akhlak umat, begitu urgensinya persoalan akhlak, hingga Allah mengirim utusan kusus untuk menyelamatkan akhlak, karena baiknya akhlak maka akan baiknya kondisi dunia, sebaliknya kerusakan akhlak maka akan rusaklah kedaan dunia ini. Rasul diutus untuk misi mendidik akhlak dapat kita rekam dari sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abi Hurairah ra, yang artinya:

Sesungguhnya Aku diutuskan (oleh Allah) hanya untuk Menyempurnakan Kemuliaan (Akhlak)”. (H.R. Baihaqi).

Rasulullah menjalankan misinya dengan sangat baik dan sukses, sejarah mencatat bagaimana Baginda Nabi mendidik para sahabatnya secara langsung, kita ketahui bersama para sahabatnya yang berasal dari kaum jahiliah, para sahabat yang sudah lama terkontaminasi dengan budaya dan akhlak kaum Mekah kala itu, namun Nabi Muhammad saw mampu mendidik para sahabat sebagai generasi pertama dengan akhlak dan budi yang baik, hingga mereka disebut sebagai generasi terbaik setelah Rasulullah swa.

Sahabat sebagai generasi terbaik ditegaskan oleh Allah dalam surah Ali Imran ayat 110, Firma-Nya:

 

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ

 

Artinya: “Kamu adalah Umat Terbaik, yang dilahirkan untuk Manusia, Menyeru kepada yang Ma’ruf, Mencegah dari pada Yang Mungkar, dan Beriman Iman Kepada Allah. Sengkirannya Ahli Kitab Beriman kepada Allah, itu Lebih Baik bagi Mereka, diantara mereka (ahli kitab) ada yang beriman, namun kebanyakan Mereka adalah orang yang Fasik” (QS. Ali Imran: 110).

 

Hadirin yang dimuliakan Allah...!

 

Gelar umat terbaik pada para sahabat itu layak didapati, karena pada diri sahabat terdapat tiga unsur yang dimaksud dalam ayat tersebut, yakni Melaksanakan Amar Ma’ruf serta mencegah Nahi Mungkar, dan para sahabat sangat beriman kepada Allah.

 

Keberhasilan pendidikan akhlak rasul tidak hanya sampai pada tingkat sahabat saja, tapi dilanjutkan pada tingkat Tabi’ dan Tabi’i, tiga generasi setelah Rasulullah ini yang mendapat garansi kusus dari Nabi, dengan lebel sebaik-baik umat setelah aku (Nabi Muhammad), hal ini ditegaskan oleh Rasulullah dalam Haditsnya:


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن مسعود رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ،. رواه البخاري، ومسلم

Artinya: Dari Abdullah Ibnu Mas’ud: Rasullullah saw Bersabda: “Sebaik-baik Umat adalah umat pada masa ku, kemudian umat sesudah mereka, kemudian umat sesudah mereka”. (H.R. Bukhari & Muslim).

 

Orientasi keberhasilan tiga generasi setelah Rasul ini, bukan karena hasil yang dicapai oleh mereka atas prestasi mampu membangun inspratruktur, bukan juga karena dapat mewarisi arsitektur pembangunan, ekonomi atau kekuasaan, tapi prestasi Kultur, adab dan akhlak yang mereka capai, budaya relijius yang mereka warisi hingga terus bertahan samapi sekarang ditengah-tengah kemajuan dunia modern ini. Priode pertama masa kerasulan, tidak meninggalkan peradaban dalam arti kata kemajuan pembangunan, tapi mereka meninggalkan akhlakul karimah yang terus relevan dan bertahan hingga akir zaman kelak.

 

Keberhasilan Rasulullah dalam mendidik akhlak sahabatnya, ini menjadi contoh dan tauladan bagi kita semua, bukankan segala sesuatu dalam setiap hal, sebagi mukmin yang baik menjadikan Rasulullah sebagai panutan yang kaffah dalam mengarungi kehidupan ini, Allah berfirman:

 

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

 

Artinya: “Sungguh telah ada pada diri (Rasulullah) Suri Tauladan yang Baik bagi mu, yaitu (bagi orang) yang mengharap Rahmat Allah dan Kedatangan hari (Kiamat) dan dia Banyak menyebut asma Allah”. (QS. Al-ahzab: 21).

 

Kemudian dalam surah Ali Imran ayat 31, Allah Berfirman:

 

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

 

Artinya: “Katakanlah, Jika Kamu Benar-benar (mencintai) Allah, Ikutilah Aku (Muhammad) Niscaya Allah mengasihi dan Mengampuni dosa-dosa mu, Sungguh Allah Maha Pengampun lagi Penyayang”. (Ali Imran: 31).

 

Dua ayat Allah di atas, menegaskan bagi kita untuk menjadikan Rasulullah Muhammad saw sebagai contoh panutan serta ikutan, agar kita mendapat keselamatan dan pengampunan dari-Nya. Allah maha penyayang atas siapa yang mengikuti Muhammad.

 

Jamaah Jumaat Rahimakumullah...!

 

Mengikuti Nabi Muhammad berarti mengikuti para sahabat dan orang-orang setelah sahabat, yakni Tabi’ dan Tabi’in, mereka menjadi contoh terbaik dalam implementasi akhlak Rasulullah, setelah tiga generasi ini ulama lah yang menjadi ikutan bagi umat, sebagai penjaga dan yang mewarisi akhlak Rasulullah bagi umatnya di akir zaman ini.

 

Ulama yang mana, ulama yang takut kepada Allah dan Rasulnya, yang menyampaikan kebenaran adalah kebenaran, berani menyampaikan kemungkaran sebagai sebuah kemungkaran, yaitu ulama yang berorientasi akhirat semata, mereka tidak terperdaya dengan gemerlapnya Harta dunia, tidak tergoda atas bujuk rayu seorang wanita, tidak silau dengan kedudukan pangkat dan tahta, tutur dan sikapnya menyejukkan hati, nasehat-nasehatnya patut diteladani. Ulama seperti ini yang disampaikan oleh Rasulullah sebagai penggantinya sebagai warisatul ambia. Dari Abu Darda’ ra, Rasulullah Bersabda:

 

الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ

 

Artinya: “Ulama merupakan Waris Para Nabi dan Rasul”. (HR. Tirmidzi).

 

Dalam hal ini kita lihat dalam perjalanan sejarah, bahwa kehadiran ulama merupakan pelita bagi umat, mereka para ulama hidup ibarat sebatang lilin, rela dirinya terbakar demi menerangi umat. Ulama-ulama dalam perjalanan dakwah sejak Islam bertapak dinusantara ini, hadir sebagai benteng dalam melindungi moral dan Akhlak anak bangsa, meneruskan misi Rasulullah dalam memperbaiki Akhlak umat.

 

Hadirin yang dimuliakan Allah...!

 

Dari awal Islam bertapak di Perlak Aceh Timur, di sana cikal bakal Kerajaan Islam Pertama Nusantara, hadir sosok Malik AS-Shaleh dengan lembaga pendidikan Islam pertama yakni Zawiyah Cot Kala yang dipimpin oleh Alaidin Malik Muhammad Amin Syah, merupakan cikal bakal hadirnya Dayah dewasa ini, di sana misi perbaikan Akhlakul karimah dimulai, ulama Dayah berperan sebagai warisatul ambia. Setelahnya disusul hadir Dayah Kuta Karang, Dar As-Syariah Masjid Raya, namun semua Dayah tersebut dihancurkan oleh Belanda ketika perang Aceh terjadi.

 

Hadirnya ulama ketika itu, bukan saja sebagai peranan mewarisi dan membina akhlak umat, tapi mereka hadir dimedan perang membela agama Allah, mereka tidak gentar oleh penjajah, sehingga banyak ulama Dayah yang gugur bersimbah darah di medan perang, Teungku Chiek Ditiro, Teungku Chik Kuta Karang, Teungku Fakinah, Teungku Chik Pante Kulu, dan sederetan nama ulama lain mereka gugur sebagai syahid dalam membela umat.

 

Begitu beratnya tantangan dan peran ulama dayah dalam membina umat, nyawa menjadi taruhan, namun mereka tidak gentar untuk terus hadir mengembangkan agama Allah, buktinya Dayah terus bertahan dan berkembang pada era berikutnya, seumpama hadirnya kembali ulama dayah dan berkiprah ditengah umat, Abu Wahab Seulimum, Abu Hasan Krueng Kalee, Abu Lampisang, Abu Mahmud Blang Pidie, Abuya Muda Wali Darussalam dan Seupama mereka, generasi ini hadir sebagai estafet menyambung kembali amanah Baginda Nabi dalam meneruskan dakwah untuk umat.

 

Ditengah konplik Aceh-RI, peran ulama juga sangat terasa ditengah umat, ulama tetap kontinyu menyampaikan dakwah, mesti dibawah tekanan berbagai pihak, ulama tetap menjadi panutan sekaligus pelindung umat, dayah ketika itu menjadi penyeimbang atas berbagai gejolak, meluruskan akhlak umat agar tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan agama.

 

Hingga sekarang, di era digitalisasi ini, era Android menjadi tantangan moral anak bangsa, ulama dan dayah terus menjadi benteng dan solusi bagi umat untuk menitip anak-anak mereka, agar terjamin akhlak dan moral dimasa akan datang.

 

Ulama memang orang pilihan yang dipilih oleh Allah, mereka orang yang dititipkan warisan ajaran Islam, memalui lisan para ulama lah agama ini terus tumbuh dan berkembang hingga akir zaman.

ثُمَّ أَوْرَثْناَ الْكِتاَبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْناَ مِنْ عِباَدِناَ

 

Artinya: “Kemudian, kitab itu kami Wariskan Kepada Orang-orang yang (Kami) pilih diantara Hamba-hamba Kami”. (Q.S: Al-Fathir: 32).

 

Hadirin yang dimuliakan Allah...!

 

Seiring waktu, ulama sebagai pewaris Nabi semakin langka, satu persatu ulama kembali kepada Allah, minat dan kecintaan regenerasi muda terhadap ulama pun semakin pudar, banyak pemuda generasi sekarang tidak memiliki cita-cita menjadi seorang ulama, tapi lebih memilih cita-cita lain yang lebih orientasinya pada jabatan dunia semata.

 

Belum lagi sebahagian besar regenerasi sekarang mulai melupakan jasa para ulama tempoe dulu, mereka bahkan tidak mengenal lagi siapa saja ulama dayah yang telah berkiprah merawat agama dan bangsa, remaja sekarang lebih hafal nama-nama artis nasional dan internasional ketimbang orang-orang yang telah berjasa pada negeri ini.

 

Semua itu juga tidak serta merta salah mereka, sebagai renungan bersama, sejauh mana sudah kita ceritakan perjuangan ulama terhadap anak bangsa hari ini, pernahkah kita mengenalkan serah Islam dan tokoh seumpama Chik Ditiro, Chiek Pante Kulu, Haji Hasan Krung Kalee, Syiah Kuala, Hamzah Fansuri dan lain sebagainya kepada mereka?

 

Ini menjadi tangung jawab dan moral kita bersama untuk mewarisi keteladanan para ulama untuk generasi mendatang, ulama semakin hari semakin berkurang, ini sebagai alamat ilmu akan ditarik oleh Allah, dikuatirkan akhlak dan moral akan kembali seperti zaman jahiliah tanpa ada ulama ditengah-tengah kita.

 

Nabi Saw berpesan melalui hadits yang bersumber dari Abdullah Bin ‘Amr Bin ‘Ash, Rasullullah Bersabda:

 

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعاً يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِباَدِ، وَلَكِنْ بِقَبْضِ الْعُلَماَءِ. حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عاَلِماً اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْساً جُهَّالاً فَسُأِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

 

Artinya: “Sesungguhnya Allah Tidak Mencabut Ilmu dari Hamba-hambanya, akan Tetapi Dia (Allah) mencabut ilmunya dengan mewafatkan para Ulama, sehingga Allah tidak menyisakan seorang alim pun, Maka orang-orang (Manusia) akan mengangkat pemimpinnya dari kalangan orang bodoh (Jahil). Maka tatkala mereka ditanya, maka mereka menjawab dengan fatwa-fatwa tanpa dasar, hingga mereka sesat dan menyesatkan”. (HR. Bukhari & Muslim).

 

Untuk itu, kita patut bersyukur pada Allah, hingga sekarang kita masih diberikan Ulama, dapat hidup bersama ulama-ulama, bertanya dan mempedomani ulama yang masih terus aktif ditengah umat dewasa ini, semoga ulama yang masih dititipkan bersama kita oleh Allah, terus diberikan kesehatan dan umur panjang, karena keberadaan mereka merupakan kehormatan dan kemuliaan bagi kita, mereka menjadi penyuluh tanpa mengharapkan sesuatu imbalan dari umat.

 

Maka beruntunglah generasi sekarang yang menyempatkan diri untuk berguru pada ulama, menghabiskan waktu di dayah untuk mendapat ilmu kepadanya, menjadikan diri sebagai pewaris ulama kelak, menjadi bahagian melanjutkan perjuangan Rasulullah, perjuangan sahabat dan para ulama, semoga kita dan anak keturunan kita menjadi estafet berikutnya dalam menjaga akhlak umat. Amin ya Allah Amin.

عباد الله:

إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر.

 

No comments:

Post a Comment