Friday, September 17, 2021

KHUTBAH JUMAAT: MENGAMBIL IKHTIBAR DARI KISAH ABU DZAR (Meneladani Kisah Hidup Abu Dzar)

 

KHUTBAH JUMAAT SAFAR

MENGAMBIL IKHTIBAR DARI KISAH HIDUP ABU DZAR

(Meneladani Kisah Hidup Abu Dzar Al-Ghifari ra, Seorang Sahabat Teras Rasulullah saw).

Oleh:

Tgk. Ilham Mirsal, S.Pd.I, MA

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ, ‏اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، الَّذِي اَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ اْلإِسْلَامِ، اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ, شَهَادَةً تُنْجِى قَائِلَهَا مِنَ النِّــيْرَانِ، وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْبَشِيْرُ النَّذِيْرُ، الْـمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَـمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلٰى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛

فَيَا أَيُّهَا الْـمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ ما استطعتم وسارعوا إلى مغفرة رب العالمين، وَقَالَ اللهُ تَعَالٰى : يٰاأَيُهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

Hadirin Jamaah Jumaat yang Di Muliakan Allah...!

Alhamdulillah, dengan nikmat umur panjang yang Allah titipkan pada kita semua, hari ini sampai jua kita pada bulan kedua dalam bulan Hijriah 1443 (Safar), kita sudah menikmati berbagai karunia Allah dalam rentang kehidupan kita masing bermasing, Nikmat sehat, nikmat harta, nikmat pangkat dan jabatan, nikmat keluarga dan bahagia, nikmat hidup serta nikmat Iman dan Islam, yang patut kita syukuri dengan terus mengikatkan ketaqwaan kepda Allah SWT.

Untuk itu, khatib menyeru pada kita semua jamaah yang berbahagia, mari kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, karena taqwa merupakan jalan satu-satunya menuju ridha Allah SWT, Taqwa jalan mudah menuju Jannah Nya, taqwa dalam pengertian mengerjakan segala perintah-Nya, dan terus berupaya meninggalkan segala bentuk larangan-Nya.

Jamaah Yang Mulia...!

Dalam mengarungi kehidupan yang singkat ini, Pola kehidupan yang kita jalani silih berganti, terkadang sakit, adakalanya senang, semua itu hanya perjalanan hidup semata, yang muaranya apapun kondisi kehidupan kita hari ini, semua kelak akan kita pertanggung jawabkan di hadapan-Nya.

Untuk itu pada kesempatan yang sangat mulia ini, izinkan khatib menyampaikan kembali sejarah hidup seorang sahabat Rasulullah yang sangat dikenal dengan kezuhudan dan kecintaannya pada Rasullullah, yakni Abu Dzar  Al-Ghifari ra. Dengan harapan menjadi tauladan bagi kita semua dalam menggapai ridha Allah SWT.

Jamaah Jumaat Rahimakumullah...!

Abu Dzar merupakan panggilan akrab seorang sahabat Nabi yang bernama Lengkap Jundub Bin Junadah, belia merupakan sahabat teras Rasulullah, termasuk golongan sahabat pertama beriman pada Rasulullah swa, beliau memeluk Islam di Mekah kemudian setelah beriman beliau kembali ke kampungnya Giffari untuk berdakwah. Abu Dzar wafat di Rabadzah sebuah Kampung dipinggir kota Madinah pada tahun 32 Hijriah pada masa Khalifah Utsman bin Affan.

Sebelum memeluk Islam, Abu Dzar merupakan seorang perampok padang pasir yang sangat ditakuti, hingga kelompoknya dijuluki dengan binatang buas malam atau hantu kegelapan, karena Abu Dzar dan kelompoknya sering melakukan aksinya ditengah malam kegelapan, hampir tidak ada kafilah yang selamat atas teror kelompok ini pada masa jahiliah.

Akirnya Abu Dzar Al-Giffari mendapat hidayah Allah beriman dan memeluk Islam, dan melalui beliau jualah seluruh suku Giffari memeluk Islam karena dakwahnya, bukan hanya sukunya, tapi suku Aslam yang dekat dan bertetangga dengan Giffari juga seluruhnya memeluk Islam, begitu besarnya Dakwah Abu Dzar setelah beliau bertaubat dan mendapat hidayah Allah SWT.

Ada dua prinsip yang dapat kita teladani pada diri Abu Dzar;

Pertama: Jika sesuatu kebaikan dan keselamatan serta keuntungan yang baik diperoleh, maka jangan hanya cukup pada diri sendiri saja, tapi harus diberikan, di ajak dan dikabari pada saudara yang lainnya. Karena itu setelah beliau mengecap manisnya Iman dan Islam, beliau terus menyampaikan berita keselamatan dan kedamaian ini pada kaumnya, hingga bukan beliau saja yang beriman, tapi orang lain juga beriman kepada Allah.

Kedua: Abu Dzar konsisten dan Istiqamah, setelah beliau memeluk Islam, apa yang diajarkan oleh Baginda Nabi beliau kerjakan, apa yang menjadi larangan beliau tinggalkan, tidak sebatas pada dirinya sendiri, iya terus menegakkan perintah Rasulullah di tengah umat, kemanapun Abu Dzar pergi, sebilah pedang selalu tersemat di pinggangnya, siapa saja yang melanggar perintah Islam, tak segan-segan beliau keluarkan pedang dari sarungnya.

Melihat konsistensi Abu Dzar dalam menyampaikan dakwah, suatu ketika Rasulullah menegur Abu Dzar, Rasulullah Bersabda “Maukah engkau kuberi tahu apa yang lebih baik dari pedang mu”, Abu Dzar menjawab, iya, mau ya Rasulullah..... Rasul bersabda “Bersabarlah Hingga engkau bertemu dengan ku di negeri akhirat”, sejak mendapatkan nasehat Rasulullah, Abu Dzar menyimpan pedangnya, dan Melanjutkan dakwah dengan Lisannya, serta terus mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah, beribadah, zikir, tawajjuh dan lainnya hingga beliau disebut Oleh Rasulullah sebagai sahabat yang paling jujur, dan pada kali yang lain Rasul menyebutnya Sahabat yang paling Zuhud.

Ma'asyaral Muslimin Rahimakumullah...!

Karena lantangnya Abu Dzar menyampaikan dakwah, menegur siap saja jika yang dikerjakan tidak sesuai dengan ajaran Islam, bahkan beliau mengkritik Khalifah serta pejabat-pejabat kala itu yang tidak sesuai dengan tuntunan Agama, iya berteriak dengan keras menyampaikan kebenaran, membuat pemerintah kala itu risih dan keberatan, hingga suatu ketika Khalifah Ustman bin Affan turun tangan membujuk Abu Dzar dengan memberikan fasilitas tempat tinggal dan lainnya, tapi semua itu beliau tolak dan memilih berjalan sendiri, meninggalkan haru hara dunia, beliau lebih memilih beribadah dalam kesendirian ketimbang harus ikut dalam kemewahan yang tidak sesuai dengan tuntunan.

Kisah Abu Dzar, cenderung relevan pada masa sekarang, beliau menjadi panutan pada kita semua dalam mengarungi kehidupan yang singkat ini, ada dua pilihan, berani menyampaikan kebenaran di tengah umat, atau memilih berjalan sendiri mengamalkan kebenaran yang sesuai dengan ajaran Islam.

Jamaah Jumaat, hadirin para orang tua kami yang di muliakan oleh Allah...!

Jika kita memilih kesendirian, maka ada 7 wasiat Rasullullah yang diwasiatkan pada Abu Dzar ketika beliau masih hidup, wasiat ini ditulis dalam Kitab Buqhyatul Bahits An- Zawaid, dalam Musnad Harits karya Abu Usmah Wafat pada tahun 282 Hijriyah, berikut sabda Rasullulah pada Abu Dzar:

عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: أَوْصَانِيْ خَلِيْلِي صَلَّى ال لَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ : بِحُبِّ الْمَسَاكِيْنِ وَأَنْ أَدْنُوَ مِنْهُمْ، وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنِّي وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوقِيْ، وَأَنْ أَصِلَ رَحِمِيْ وَإِنْ جَفَانِيْ، وَأَنْ أُكْثِرَ مِنْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، وَأَنْ أَتَكَلَّمَ بِمُرِّ الْحَقِّ، وَلاَ تَأْخُذْنِيْ فِي اللهِ لَوْمَةُ لاَئِمٍ، وَأَنْ لاَ أَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا.

 

Artinya: Abu Dzar r.a berkata; “Kekasihku Muhammad saw mewasiatkan padaku tujuh perkara; (1). Cintailah orang miskin dan dekatlah dengan mereka, (2). Rasulullah mengajarkan ku untuk melihat kondisi orang di bawahku tidak melihat kondisi  orang di atas ku, (3). Rasulullah memerintahkan ku untuk menyambung silaturrahmi, meskipun mereka berbuat kasar padaku, (4). Rasul menganjurkan pada ku untuk sering mengamalkan Laa Haula wala quwwata Illa Billah, (5). Rasul memerintahkan padaku untuk menyampaikan kebenaran meskipun pahit, (6). Rasul memerintahkan padaku agar tidak gentar saat dicela dalam menyampaikan dakwah, (7). Rasulullah melarang ku meminta-minta kepada manusia selain kepada Allah”. (Hadits ini diriwayatkan oleh banyak perawi, diantaranya Imam Ahmad, Thabrani, Ibnu Hibban, Baihaqi, dll).

7 wasiat Rasulullah tersebut, terus diamalkan oleh Abu Dzar, tentu wasiat tersebut bukan hanya kepada Abu Dzar semata, tapi pada kita seluruh umat Nabi Muhammad, agar melaksanakan 7 wasiat baginda Nabi tersebut, dalam kondisi apapun, bagaimana pun, kita hendaknya terus melaksanakan segala ajaran baginda Muhammad, agar selamat dunia akhirat.

Banyak kelebihan dan keselamatan tersirat atas wasiat Rasulullah tersebut, pertama kita diajarkan sayang pada orang miskin, dan dekat dengan mereka, jika ini kita lakukan maka Islam akan kuat, bukankah miskin lebih dekat dengan kekufuran, untuk itu agar Islam ini kokoh ditengah pemurtadan yang sedang marak dewasa ini, hendaknya kita dekat dengan orang miskin, membantu mereka, kerena membatu satu kesulitan sesama muslim, Allah akan gantikan dengan kebaikkan lainnya;

Sabda Rasulullah saw:

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ


Artinya: “Siapa yang menghilangkan satu kesusahan (perkara dunia) sesama saudara seiman, Allah akan membantunya (Allah hilangkan) kesusahannya di hari akhirat, dan barang siapa yang memudahkan saudara seiman dari kesulitan terlilit hutang, maka Allah akan mudahkan kepadanya perkara dunia dan akhirat”. (HR. Muslim).

Jamaah Jumaat yang Budiman....!

Yang Kedua: wasiat Rasulullah pada kita semua, agar melihat kondisi orang dibawah kita, agar hidup damai, tampa ada iri dan dengki, renungkan betapa banyaknya nikmat dan rahmat Allah tercurahkan pada diri kita dibandingkan orang-oran dibawah kita, sudahkah kita syukuri atas nikmat tersebut?

Karenanya orang-orang yang selalu melihat orang diatasnya, maka ia tidak pernah bersyukur, merasa selalu kurang dibandingkan oleh orang lain, maka orang yang selalu melihat keatas akan tersu cukup tidak cukup, tidak merasa puas tidak pernah kan bersyukur.

Rasulullah bersabda agar kita melihat kebawah bukan keatas, Sabdanya:

اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.

 

Artinya: “Lihatlah kepda orang dibawah mu, janganlah melihat orang di atas mu, kerena yang demikian lebih patut untuk mu, agar kamu tidak memandang remeh atas nikmat-nikmat Allah yang telah dicurahkan kepada kamu sekalian”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Wasiat Ketiga: Sambung lah silaturrahmi, silaturrahmi menjadi kekuatan besar Islam, dengan kuat Ukhuwah Islamiyyah, maka musuh Islam akan gentar, rasul mengajarkan pada kita “Muslim itu bagai tubuh yang satu”, artinya bahagian tubuh lain sakit maka akan terasa sakit semua, ini baru dapat kita rasakan jika dipupuk dengan silaturrahmi yang baik, selain itu silutarrami jiga banyak hikmah dan fadhilah, seperti dipanjangkan umur oleh Allah, dilapangkan rezki dan lainya.

Silaturrahmi menjadi asesmen seseorang beriman atau atau tidak, Berkenaan dengan ini Rasulullah saw Bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ. 

“Siapa yang beriman dengan hari akir (kiamat), maka hendaklah menyambung silaturrahmi”. (HR. Bukhari).

Wasiat Keempat: Memperbanyak amalan bacaan Laa Haula wala quwwata Illa Billah, tiada daya dan upaya melainkan milik Allah, lafadz ini secara psikologis terus menumbuhkan rasa kebesaran dan kekuatan hanya milik Allah, untuk itu bagi yang mengamalkan akan tersu dicintai oleh Allah SWT,  tidak tanggung-tanggung, bagi yang mengamalkannya Allah berikan garansi surga sebagai balasannya.

Sabda Rasulullah saw, kepada Abdullah bin Quais yang artinya: “Wahai Abdullah bi Quais, lafatzkan lah Laa Haula wala quwwata Illa Billah, karena imbalannya sebagai simpanan pahala di surga”. (HR. Bukhari).

Wasiat Kelima: Rasulullah memerintahkan agar kita menyampaikan yang hak adalah hak, yang batil adalah batil, sampaikan kebenaran walau pahit. Agama sudah mengetahui sejak awal, bahwa menyampaikan kebenaran merupakan pekerjaan berat, namun walau pahit sampaikanlah, Rasulullah saw Bersabda:

قُلِ اَلْحَقَّ، وَلَوْ كَانَ مُرًّا

Artinya: “Sampaikanlah kebenaran walau pahit”. (HR. Ibnu Hibban).

Wasiat Keenam: Rasulullah mewasiatkan pada kita semua, agar tidak gentar menghadapi tantangan dan hinaan dalam berdakwah, Rasulullah sendiri kerap di hina oleh kafir Qurais saat berdakwah, dilempari, dibaikot dan lainnya, tapi Rasulullah terus berdakwah tanpa gentar, hingga Agam Islam berdiri kokoh sampai hari ini, untuk itu mari kita ambil bahagian untuk ikut berdakwah, melanjutkan perjuangan Rasullullah mewariskan agama ini kepada Anak cucu kita, mari kita jaga Islam ini terus berkembang.

Ketujuh: Rasulullah berwasiat agar kita tidak meminta-mita kepada manusia, berharap dan mencari perhatian pada manusia, apa lagi menjilat demi mendapatkan sesuatu jabatan dan lainnya pada manusia, tetapi berharap lah dan terus meminta pada Allah, kerena Allah lah yang memberi segalanya kepada hambanya, Allah pemilik kekuasaan dan pertolongan.

Demikian yang dapat Khatib sampaikan, dari kisah Abu Dzar, semoga kita dapat mengambil Ikhtibar dari perjalan seorang sahabat yang sangat mulia dan zuhud ini, beliau tinggalkan kegelapan dan kemilaunya dunia, beliau berharap ridha Allah dan Rasul-Nya, hingga Abu Dzar hijrah dan wafat diperingan belian seorang, Abu Dzar wafat hanya ditemani oleh istrinya tampa ada selapis kain kafan pun, apalagi harta benda lainnya.

Hingga Allah mendatangkan seorang sahabat Rasul bernama Ibnu Mas’ud ketika sakaratul maut Abu Dzar di padang Pasir, ketika itu Ibnu Mas’ud sedang musafir dan melihat sosok Mayat yang didampingi oleh seorang istrinya, lalu didekatinya dan begitu haru serta kaget, ketika beliau melihat ternyata seorang Sabat Rasul yang sanga zuhud dan mulia, yakni Abu Dzar menghembus nafas terakhirnya dalam kedaan kesendiriannya.

Ibnu Mas’ud berkata, Benarlah apa yang disampaikan oleh Rasulullah etika beliau masih hidup, Rasulullah berkata “Anda (Abu Dzar) akan berjalan sendirian, Mati dalam kedaan sendirian, dan kelak dibangkitkan oleh Allah dalam keadaan sendirian”.

Jamaah Jumaat yang mulia, marilah jadi Abu Dzar akir zaman, yang menyampaikan dan mengamalkan kebenaran walau hanya sendiri, kerena jika istiqamah dengan kebenaran, kelak Allah akan bangkitkan kita sendirian untuk menghadapinya secara Istimewa......

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيٰاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمِ, إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيم

No comments:

Post a Comment