Thursday, June 26, 2025

KHUTBAH JUMAT: "KEMATIAN DAN BEKAL MENUJU AKHIRAT"

 KHUTBAH JUMAT: "KEMATIAN DAN BEKAL MENUJU AKHIRAT"

Oleh: Tgk Ilham Mirsal, MA

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ، وَنَسْتَعِينُهُ، وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

Amma ba’du.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya. Nikmat iman, nikmat Islam, dan nikmat kesempatan hidup hingga saat ini.

Pada kesempatan yang penuh barakah ini, saya ingin mengajak diri saya sendiri dan juga jamaah sekalian, untuk memperbaharui takwa kita kepada Allah SWT. Dengan menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, serta memperbanyak bekal untuk akhirat.

Jamaah yang dimuliakan Allah…

Tema khutbah kita hari ini adalah tentang kematian. Sebuah kenyataan yang tak bisa kita hindari, tak bisa kita tunda, dan tak bisa kita tolak. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

Artinya: “Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185).

Setiap kita, tanpa kecuali… miskin atau kaya… tua atau muda… sehat atau sakit… pasti akan menghadapi kematian.

Jama'ah Jumaat yang dimuliakan oleh Allah...
Pernahkah kita dengar kisah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu?

Di saat beliau ditikam dalam shalat Subuh, dalam kondisi luka berat… beliau tetap berusaha melanjutkan shalat. Ketika sadar dari pingsannya, pertanyaan pertama Umar adalah:

“Apakah kaum muslimin sudah shalat?”

Itulah gambaran rasa takut Umar wafat dalam keadaan meninggalkan kewajiban shalat.

Demikian pula Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah.
Di saat sakaratul maut, beliau bergumul dengan bisikan syaitan. Syaitan berkata:

“Wahai Ahmad, engkau sudah selamat dariku.”

Tapi Imam Ahmad menjawab:

“Belum! Belum! Selama aku belum menghembuskan nafas terakhir dalam keadaan iman, aku belum selamat darimu wahai Iblis.”

Dari kisah Ahmad bin Hambal, kita ketahui, bahwa Gangguan setan bisa datang hingga detik-detik terakhir hidup kita.

Kemudian kita ingat pula Sayyidina Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu.
Beliau dikenal menangis tersedu-sedu setiap kali melewati kuburan.

Ketika ditanya alasannya, beliau menjawab:

إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنْزِلٍ مِنْ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ، فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ، وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ

Terjemahannya:
"Sesungguhnya kubur adalah tempat pertama dari perjalanan akhirat. Jika seseorang selamat darinya, maka setelahnya lebih mudah darinya. Namun jika tidak selamat, maka setelahnya lebih berat darinya."

Hadits ini disebutkan dalam Sunan at-Tirmidzi dan beberapa kitab hadis lainnya, termasuk dalam Musnad Ahmad.

Selanjutnya, Kisah Sayyidina Bilal bin Rabah: Kerinduan Bertemu Rasulullah

Dan lihatlah… bagaimana kematian disambut oleh orang-orang shalih.

Menjelang wafatnya Sayyidina Bilal bin Rabah radhiyallahu ‘anhu… Istrinya menangis dan berkata:

"Wahai suamiku, betapa sedihnya hari ini..."

Namun Bilal justru berkata dengan senyum bahagia:

"Jangan bersedih… besok aku akan bertemu kekasihku… Muhammad dan para sahabatnya…"

Masyaallah...…
Orang-orang shaleh justru menanti saat-saat pertemuan dengan Rasulullah SAW di akhirat.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…

Apa yang harus kita lakukan sebagai bekal sebelum kematian menjemput kita?

Paling tidak… ada tiga bekal utama:

Pertama: Perbanyak Amal Shaleh dengan Istiqamah;

Rasulullah SAW bersabda:

"وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ"

Terjemahannya:
"Dan amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling terus-menerus (istiqamah), meskipun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits ini terdapat dalam Shahih al-Bukhari (no. 6465) dan Shahih Muslim (no. 783).

Kedua: Meninggalkan Amal Jariyah
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"إِذَا مَاتَ الإِنسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ"

Terjemahannya:
"Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim, no. 1631).

Ketiga: Senantiasa Memohon Husnul Khatimah
Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Terjemahannya:
"Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah 'Laa ilaaha illallah', maka ia akan masuk surga."
(HR. Abu Dawud, no. 3116 dan dinyatakan shahih oleh al-Albani).

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah…

Saya wasiatkan kepada diri saya sendiri dan kepada jamaah sekalian…
Marilah kita meningkatkan takwa kepada Allah…
Menjaga shalat… memperbaiki akhlak… memperbanyak taubat… dan memperbanyak amal jariyah.

Allah berfirman:


وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

Artinya: "Dan berbekallah kalian, maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa." (QS. Al-Baqarah: 197)

Khutbah Kedua:

الحمد لله رب العالمين، الذي كتب الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن عملا.

أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، صلى الله عليه وسلم وعلى آله وصحبه أجمعين.

Doa Penutup Khutbah

اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات، والمؤمنين والمؤمنات، الأحياء منهم والأموات.

اللهم اجعل خير أعمالنا خواتيمها، وخير أيامنا يوم نلقاك، وخير لحظاتنا ساعة قبض أرواحنا.

اللهم ارزقنا حسن الخاتمة، ونعوذ بك من سوء الخاتمة.

اللهم ثبت قلوبنا على دينك، واحينا على الإسلام، وتوفنا على الإيمان، وأدخلنا الجنة مع الأبرار، برحمتك يا عزيز يا غفار.

وصل اللهم وسلم على نبينا محمد، وعلى آله وصحبه أجمعين.

عباد الله، إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى، وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي، يعظكم لعلكم تذكرون.

فاذكروا الله يذكركم، واشكروه على نعمه يزدكم، ولذكر الله أكبر، والله يعلم ما تصنعون.

Monday, June 16, 2025

Khutbah Jumaat: Masjidku Surgaku: Menghidupkan Kembali Ruh Rumah Allah”

 “Masjidku Surgaku: Menghidupkan Kembali Ruh Rumah Allah”



Oleh: Tgk. Ilham Mirsal, MA

Khutbah I
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِه وَأَصْحَابِه وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِه وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالى يَا أَيُهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡس وَٰحِدَة وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرا وَنِسَآءۚ وَٱتَّقُواْ ٱللّهَ ٱلَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبا. قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَن بَنَى مَسْجِدًا يَبْتَغِي به وجْهَ اللَّهِ بَنَى اللَّهُ له مِثْلَهُ في الجَنَّةِ (متفق عليه)

Segala puji hanya milik Allah, yang memanggil kita bukan ke istana, bukan ke pasar, tapi ke rumah-Nya: masjid.
Masjid bukan sekadar tempat shalat—masjid adalah tempat kembali ruh manusia kepada Rabb-nya. Masjid adalah tempat sujud yang menjadi penyejuk hati, pelepas penat, dan penghapus dosa.

Shalawat dan salam kita hadiahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW—teladan agung yang pertama kali membangun masjid saat hijrah ke Madinah, bukan pasar atau balaikota. Karena beliau tahu, peradaban hanya bisa hidup jika masjidnya hidup.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah…

Mari kita jujur bertanya pada hati:
Apakah kita masih rindu ke masjid?
Apakah kita masih merasakan kehangatan ruhani ketika kaki melangkah ke rumah Allah?
Ataukah masjid telah menjadi tempat asing, yang kita kunjungi hanya pada hari Jumat dan Hari Raya?

Mari kita Renungkanlah sabda Rasulullah SAW:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ:... وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ...

Artinya:
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya: … dan seorang lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Berbahagialah mereka yang hatinya terpaut pada masjid. Yang bangun subuh bukan karena alarm dunia, tapi karena rindu bertemu Tuhannya. Yang merasa sepi jika tidak duduk di saf pertama, yang menangis jika tak sempat mendengar adzan.

Mengapa Masjid Ditinggalkan?

Masjid bukan ditinggalkan karena tidak megah. Tapi karena kita belum membangkitkan ruhnya. Masjid hanya akan hidup jika ada cinta di dalamnya.

Hari ini, banyak dari kita lebih cinta:
‌scroll media sosial daripada membaca Al-Qur’an di masjid.
‌duduk di café daripada duduk di saf shalat.
‌main futsal malam daripada shalat Isya berjamaah.

Kita kehilangan ruh cinta masjid.
Padahal dulu, masjid adalah tempat:
anak-anak belajar mengaji,
pemuda berdiskusi dan berdakwah,
orang tua bersujud panjang dengan hati yang khusyuk.

Ayo Kita Kembalikan Cinta ke Masjid!
Jangan biarkan rumah Allah sunyi seperti kuburan.
Bangkitkan kembali gerakan “Hidup Bersama Masjid”:
Ajari anak kita cinta masjid sejak kecil.

Bukan hanya pintar matematika, tapi juga tahu cara bersuci.

Hidupkan shalat berjamaah sebagai syiar harian.
Jangan hanya semangat ke masjid saat Tarawih.

Bentuk remaja masjid yang aktif dan kreatif.
Dakwah milenial, tapi tetap Qur’ani.

Mari kita tidak hanya membangun masjid, tapi membangunkan hati orang ke masjid.

Wahai saudara-saudaraku…
Pernahkah kita duduk sejenak di saf masjid dan merenung:
"Andai ini rumah terakhirku di dunia, cukupkah amalanku di dalamnya?"

Masjid bukan hanya tempat shalat. Masjid adalah tempat jiwa disembuhkan dari luka dunia. Masjid adalah tempat air mata menetes saat sujud malam. Masjid adalah tempat kita benar-benar merasa: "Aku sedang berada di hadapan Tuhanku."

Hadirin, sidang jamaah jumaat yang dimuliakan oleh Allah...

Mari jadikan masjid:
tempat utama, bukan cadangan.
rumah hati, bukan hanya rumah kaki.
ruang pembinaan, bukan ruang kosong.

Wahai jamaah, wahai kaum muslimin..…
Kalau ingin hidup kita terang, datanglah ke tempat yang paling terang: masjid.
Kalau ingin anak-anak kita selamat dari kerusakan zaman, didik mereka di rumah Allah.
Kalau ingin masyarakat damai, perkuat ikatan lewat masjid.

Cinta masjid adalah cinta kepada Allah.
Jauh dari masjid adalah tanda jauh dari keberkahan.

Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّجُلَ يَعْتَادُ الْمَسْجِدَ فَاشْهَدُوا لَهُ بِالْإِيمَانِ
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ...
Artinya:
"Jika kalian melihat seseorang membiasakan diri ke masjid, maka saksikanlah bahwa ia beriman." (HR. Tirmidzi No. 2617, dinilai hasan).

Lalu Rasulullah membaca ayat:
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَن يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
Artinya:
"Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah. Maka merekalah yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk."
(QS. At-Taubah: 18).

اللَّهُمَّ اجْعَلْ مَسَاجِدَنَا سُرُجَ الْهُدَى، وَمَنَابِرَ الرَّحْمَةِ، وَمَآوِيَ السَّكِينَةِ لِعُبَّادِكَ...

Ya Allah, jadikanlah masjid-masjid kami pelita hidayah, mimbar kasih sayang, dan tempat berlindungnya hati-hati yang merindukan-Mu…
Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.

Wahai hamba Allah,
Saat dunia terasa sempit, datanglah ke masjid.
Saat hidup tak menentu, bersujudlah di rumah Allah.
Karena masjid bukan hanya tempat ibadah, tapi juga rumah jiwa.
Mari kita hidup bersama masjid—karena Masjidku Surgaku.

Khutbah II
 اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلهُ, أَرْسَلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِه وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِه وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالى يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ وقَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. اَللّهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلًا وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمْسُلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ اَللّهُمَّ أَصْلِحِ الرُعَاةَ وَالرَّعِيَّةَ وَاجْعَلْ إِنْدُوْنِيْسِيَّا وَدِيَارَ الْمُسْلِمِيْنَ آمِنَةً رَخِيَّةً رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فىِ السِّرِّ وَالْعَلَنِ وَجَانِبُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Saturday, June 14, 2025

KHUTBAH JUMAT Terbaru 2025: Bangkit dengan Tasmi’: Hikmah di Balik Bacaan Saat Rukuk.

 KHUTBAH JUMAT

Bangkit dengan Tasmi’: Hikmah di Balik Bacaan Saat Rukuk

Oleh:
Tgk. Ilham Mirsal, MA


Khutbah Pertama:


 اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمْدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Segala puji bagi Allah ﷻ, yang mengangkat hamba-Nya dari kejatuhan, dan mengajarkan cara bangkit melalui shalat. Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, pembimbing hati yang lelah, yang mengajarkan adab berdiri dan rukuk di hadapan Rabb semesta alam.

Jama’ah Jumat rahimakumullah...

Dalam setiap gerakan shalat, kita mengucapkan takbir: Allahu Akbar, sebagai bentuk pengagungan. Namun ada satu pengecualian, yaitu saat bangkit dari rukuk. Mengapa kita tidak bertakbir ketika berdiri kembali?

Alih-alih mengatakan Allahu Akbar, kita membaca:

"سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ"
“Allah mendengar siapa yang memuji-Nya.”

Ini bukan sekadar perubahan teknis, melainkan mengandung pelajaran spiritual yang mendalam.

📖 Kisah: Pujian di Tengah Ujian

Diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy’ari, suatu hari Rasulullah ﷺ menjenguk seorang sahabat yang sedang sakit berat. Rasulullah bertanya:

“Apakah engkau menginginkan sesuatu?”
Dengan lirih, sahabat itu menjawab:
“Ya Rasulullah... aku hanya ingin bisa sujud bersamamu sekali lagi.”

Rasulullah ﷺ pun meneteskan air mata, lalu bersabda:

“Bacalah: Sami‘allahu liman hamidah — karena Allah mendengar hamba yang memuji-Nya, meski ia tak lagi mampu berdiri atau bersujud.”
(HR. Ahmad, no. 19794, sanad hasan).

Kedalaman Dzikir “Sami‘allahu liman hamidah”

Rukuk adalah wujud merendahkan diri di hadapan Allah. Namun saat kita bangkit, kita tidak hanya berdiri, tapi menegakkan kembali pujian dan kemuliaan kepada Allah.

Bacaan “Sami‘allahu liman hamidah” mengajarkan bahwa Allah bukan hanya melihat gerakan fisik, tetapi mendengar dan memperhatikan isi hati yang memuji-Nya.

Lalu kita lanjutkan dengan:


"رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ"


“Wahai Tuhan kami, bagi-Mulah segala pujian.”

Ini menunjukkan bahwa gerakan bangkit dari rukuk adalah momen spiritual yang sakral — kita mengangkat pujian dari bumi menuju langit.

Pendapat Ulama: Imam An-Nawawi:
Imam An-Nawawi dalam Al-Majmu’ (3/421) menjelaskan:

“Bacaan tasmi’ adalah sunnah muakkadah bagi imam dan orang shalat sendiri, sedangkan bacaan tahmid disunnahkan bagi makmum. Ini berbeda dari takbir karena gerakan ini disertai dzikir khusus dari Rasulullah ﷺ yang tidak tergantikan.”

Asal-usul Kesunnahan Membaca Tasmi' saat Bangun dari Ruku'

Dikisahkan dalam referensi ulama Syafi’iyyah, bahwa suatu peristiwa indah terjadi pada masa kehidupan Rasulullah ﷺ yang menjadi sebab disyariatkannya bacaan tasmi’ (سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ) ketika bangun dari ruku’.

Sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq RA dikenal sebagai tokoh yang sangat menjaga kehadirannya dalam shalat berjama’ah bersama Rasulullah ﷺ. Tak pernah sekalipun beliau tertinggal, selalu berada di saf pertama, menunjukkan kesungguhan dan kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Namun, pada suatu hari, dalam shalat Ashar, beliau mendapati dirinya terlambat datang ke masjid. Perasaannya pun diliputi kesedihan yang mendalam. Meski terlambat, beliau tetap bergegas menuju masjid dengan harapan masih sempat bergabung bersama Rasulullah ﷺ.

Dengan izin Allah, ketika sampai di masjid, beliau mendapati Rasulullah ﷺ masih dalam keadaan ruku’. Seketika itu juga, karena rasa syukurnya yang mendalam karena masih bisa mengikuti shalat bersama Nabi ﷺ, Abu Bakar RA mengucapkan pujian tulus, “Alhamdulillah.” Beliau pun segera bertakbir dan bergabung dalam shalat berjama’ah.

Peristiwa ini begitu agung hingga Allah mengutus Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu kepada Nabi ﷺ saat beliau dalam keadaan ruku’. Jibril berkata, “Wahai Muhammad, ucapkanlah: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ – Allah mendengar siapa saja yang memuji-Nya.” Jibril menyampaikan bahwa sejak saat itu, bacaan tersebut disyariatkan untuk dibaca setiap kali bangun dari ruku’.

Maka, bacaan tasmi’ saat bangkit dari ruku’ bukanlah sekadar lafaz, melainkan warisan spiritual dari keikhlasan seorang sahabat mulia. Ia adalah jawaban ilahi atas pujian manusia yang benar-benar merindukan perjumpaan dengan Tuhannya dalam shalat.

Pelajaran untuk Kehidupan

Jama’ah yang dimuliakan Allah...

Kita semua pernah rukuk dalam kehidupan — jatuh dalam ujian, tertunduk oleh masalah, atau tertimpa dosa. Namun saat Allah memberi kita kesempatan untuk bangkit, jangan hanya bergerak — pujilah Dia.

Karena Allah ﷻ lebih mencintai pujian dari hati yang pernah patah, namun tetap memilih untuk bersyukur.

Jama’ah sekalian...

Jadikanlah shalat kita lebih dari sekadar rutinitas gerakan. Bangkitlah dari rukuk bukan sekadar berdiri, tetapi sebagai bentuk pengakuan cinta dan pujian kepada Allah.

Tasmi’ adalah dzikir orang yang sedang naik derajat.
Karena Allah mendengar pujian orang-orang yang ingin kembali dekat.

Bacaan “سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ” bukan sekadar ucapan yang mengiringi gerakan bangkit dari ruku’, tetapi merupakan pernyataan iman yang penuh makna. Kalimat ini mencerminkan pengakuan atas sifat Allah yang Maha Mendengar dan apresiasi terhadap setiap pujian yang tulus dari hati seorang hamba.

Tasmi’ adalah jembatan spiritual yang menghubungkan pujian manusia dengan perhatian Rabb-nya. Ia menyiratkan bahwa Allah mendengar—dan lebih dari itu, merespons—pujian hamba yang lahir dari rasa syukur dan ketundukan.

Beberapa pelajaran penting yang dapat diambil:

Tasmi’ merupakan kewajiban bagi imam dan orang yang shalat sendirian. Ia adalah bagian dari sunnah muakkadah bagi makmum, yang dilanjutkan dengan bacaan “Rabbana lakal hamd.”

Menghadirkan hati dalam bacaan ini membuka ruang khusyuk yang lebih luas. Shalat yang khusyuk bukan hanya soal gerakan yang benar, tetapi juga rasa yang hidup dalam setiap bacaan.

Hikmah di balik bacaan ini mengajarkan kita untuk senantiasa sadar bahwa setiap pujian yang kita lantunkan, Allah tidak hanya mendengar, tetapi juga menerima. Ini menumbuhkan semangat untuk memperindah bacaan, baik secara lisan maupun dalam penghayatan makna.

Dengan membiasakan diri memahami dan menghayati tasmi’ dalam setiap shalat, kita sedang melatih hati untuk senantiasa hadir di hadapan Allah SWT. Semoga lantunan tasmi’ menjadi gema pujian yang membawa kita semakin dekat kepada-Nya, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Doa Penutup

اللهم اجعل صلاتنا صلةً بيننا وبينك،
Ya Allah, jadikanlah shalat kami sebagai penghubung antara kami dan Engkau,

واجعل تسبيحنا سببًا لقربنا منك،
Dan jadikanlah tasbih kami sebab kedekatan kami kepada-Mu,

اللهم اجعلنا من الذين إذا ركعوا خشعوا، وإذا قاموا حمدوا، وإذا سجدوا ذاقوا لذة القرب منك.
Ya Allah, jadikan kami termasuk orang-orang yang ketika rukuk mereka khusyuk, ketika bangkit mereka memuji, dan ketika sujud mereka merasakan manisnya dekat dengan-Mu.

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ.  إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْم


Khutbah Kedua:


اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Friday, June 13, 2025

Khutbah Jum’at, menyambut Bulan Muharram: Menyambut Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Hijrah Menuju Kebaikan, Khutbah Jumaat Terbaru Tahun 2025.

Khutbah Jum’at, menyambut Bulan Muharram:


Menyambut Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Hijrah Menuju Kebaikan. 

Oleh: Tgk. Ilham Mirsal, M.A.

Khutbah I 

  اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ، أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ، إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا، فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا، وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (سورة التوبة: )  

Segala puji bagi Allah Ta‘ala yang mengatur waktu dan musim dalam hidup manusia sebagai peringatan dan pelajaran. Dialah yang menjadikan malam dan siang silih berganti, tahun demi tahun berlalu, untuk menyadarkan kita akan pentingnya perubahan dan perbaikan diri. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ yang telah menjadi suri teladan terbaik dalam hijrah, perjuangan, dan perubahan hidup menuju keridhaan Allah.

Ma‘asyiral Muslimin rahimakumullah…

Hari-hari ini kita berada di ambang pergantian tahun Hijriyah. Dalam hitungan hari, kita akan memasuki bulan Muharram, bulan pertama dalam kalender Islam. Muharram bukan hanya tentang pergantian angka tahun, namun lebih dari itu — ia merupakan momen spiritual untuk melakukan muhasabah (introspeksi) dan berhijrah menuju kebaikan.

Hijrah bukan semata berpindah tempat. Hijrah sejati adalah perubahan dari perilaku buruk menuju akhlak mulia, dari lalai menuju sadar, dari cinta dunia menuju cinta akhirat.

Rasulullah ﷺ bersabda:
اَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلَمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Artinya: “Seorang muslim sejati adalah yang membuat orang lain selamat dari lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari-Muslim).

Jama'ah Jumat, rahimahullah....
Hijrah yang dikehendaki Allah adalah perubahan yang nyata. Bila tahun lalu masih sering lalai dalam shalat, tahun ini harus berusaha lebih tepat waktu. Bila sebelumnya mudah marah dan berdusta, tahun ini harus belajar bersabar dan jujur.

Peristiwa hijrah Nabi ﷺ dari Makkah ke Madinah bukan sekadar sejarah, tapi pelajaran besar dalam membangun peradaban dan jiwa. Beliau tinggalkan kampung halaman, harta benda, dan kenangan, demi menyelamatkan aqidah dan menjalankan perintah Allah.

Kisah hijrah adalah kisah keteguhan iman, keberanian meninggalkan zona nyaman, dan pengorbanan besar demi perubahan.

Allah berfirman dalam QS. At-Taubah: 20:

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْۙ اَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللّٰهِۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفَاۤىِٕزُوْنَ ...

Artinya: “Orang-orang yang beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka—mereka itu derajatnya lebih tinggi di sisi Allah, Mereka itulah orang-orang yang beruntung."

Jamaah yang dimuliakan Allah…

Mari jadikan Muharram sebagai momentum:
Hijrah dari maksiat menuju taat.
Tinggalkan dosa yang selama ini terasa ringan tapi membawa berat di akhirat.

Hijrah dari cinta dunia menuju cinta akhirat.
Jangan habiskan hidup untuk mengejar apa yang akan ditinggalkan saat mati.

Hijrah dari sifat malas menuju semangat menuntut ilmu, berdakwah, dan membantu sesama.

Nabi ﷺ bersabda:

من كان يومه خيرا من امسه فهو رابح. ومن كان يومه مثل امسه فهو مغبون. ومن كان يومه شرا من امسه فهو ملعون.( رواه الحاكم)

Artinya: "Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung, (dan) barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi dan bahkan, barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah tergolong orang yang celaka." (HR Al Hakim).

Hadirin Jamaah Jumaat yang dimuliakan Allah...

Segala puji bagi Allah yang memberikan kita musim-musim untuk memperbaiki diri. Tahun baru Hijriyah adalah peluang emas untuk memperbaharui niat dan tekad.

Bulan Muharram termasuk salah satu dari empat bulan yang dimuliakan Allah, sebagaimana firman-Nya:

QS. At-Taubah: 36:

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةًۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ .....

Artinya: "Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketentuan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa." (QS. At-Taubah: 36).

Jamaah rahimahullah....

Gunakan kesempatan bulan haram ini untuk meningkatkan amalan kebaikan, diataranya Amalan Utama di Bulan Muharram:

- Berpuasa pada tanggal 10 Muharram (Hari Asyura').

Rasulullah ﷺ bersabda:

سُئِلَ عَنْ صِياَمِ يَوْمِ عَاشُوْرآءَ؟ قَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ 

Artinya: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari Asyura, beliau menjawab: “Puasa pada hari Asyura menghapuskan dosa setahun yang lalu." (HR. Muslim, No: 1977).

- Memperbanyak amal kebaikan:
Seperti membaca Al-Qur'an, dzikir, sedekah, silaturahmi, dan memperbanyak istighfar.

- Membuat rencana hidup yang lebih baik:
Tetapkan target ibadah dan perbaikan akhlak sebagai resolusi ruhani tahunan.

Penutup

Wahai kaum Muslimin, mari jadikan Muharram sebagai titik balik kehidupan kita. Jangan biarkan tahun berganti, tapi hati tetap beku. Jangan sampai waktu terus berjalan, namun amal tetap jalan di tempat.

إن الله يبسط يده بالليل ليتوب مسيء النهار، ويبسط يده بالنهار ليتوب مسيء الليل، حتى تطلع الشمس من مغربها. [رواه الترمذي]

Artinya: "Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di siang hari, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di malam hari, hingga matahari terbit dari barat." (HR. Tirmidzi).

Semoga Allah memudahkan kita semua dalam berhijrah menuju kebaikan.

Khutbah II 

  اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ   اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ   عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Wednesday, June 11, 2025

Khutbah Jumaat: Menjaga Kedaulatan, Perdamaian Sesama Islam, Menyikapi Empat Pulau Aceh Masuk Wilayah Sumut.


 

KHUTBAH JUMAAT

PENTINGNYA MENJAGA KEDAULATAN DAN MENGHINDARI PERPECAHAN SESAMA ISLAM(Menyikapi Isu Empat Pulau Aceh yang Masuk ke Wilayah Sumatera Utara).

Oleh:

Tgk. Ilham Mirsal, S.Pd.I,. MA



Khutbah I

الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ عَلَى قُلُوْبِ اْلمُسْلِمِيْنَ المُؤْمِنِيْنَ وَجَعَلَ الضِّياَقَ عَلَى قُلُوْبِ الْمُنَافِقِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ اْلحَقُّ اْلمُبِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْنِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلمِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ المَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ أَيُّهاَ اْلحَاضِرُوْنَ اْلمُسْلِمُوْنَ حَفِظَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ. قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦ ۚ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah menganugerahkan kepada kita nikmat iman dan Islam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman. 

Sidang Jumat yang dirahmati Allah....

Kita berkumpul di hari yang mulia ini, dalam keadaan yang penuh berkah, untuk merenungi firman-Nya dan mengambil pelajaran dari sunah Rasulullah SAW. Pada kesempatan ini, mari kita sama-sama memusatkan perhatian pada sebuah isu yang belakangan ini hangat diperbincangkan, yaitu tentang wacana kepemilikan empat pulau yang secara historis dan kultural terkait erat dengan Aceh, namun kini menjadi objek diskusi terkait batas wilayah dengan Sumatera Utara.

Sebagai seorang muslim, kita diajarkan untuk senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat Ali 'Imran ayat 103:


وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Artinya: "Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk."

Ayat ini secara jelas menyeru kita untuk berpegang teguh pada ajaran Allah dan menghindari perpecahan. Isu tentang batas wilayah, meskipun penting, tidak boleh menjadi pemicu keretakan persaudaraan dan persatuan bangsa. Kita harus melihatnya sebagai sebuah tantangan yang harus diselesaikan dengan hikmah, musyawarah, dan berdasarkan prinsip keadilan.

Menjaga kedaulatan wilayah adalah bagian dari tanggung jawab kita sebagai warga negara yang baik. Kedaulatan adalah harga mati bagi setiap bangsa. Namun, dalam konteks persaudaraan sesama muslim dan sesama anak bangsa, penyelesaian masalah ini harus mengedepankan dialog konstruktif dan musyawarah mufakat. Bukan dengan emosi, bukan dengan provokasi, apalagi sampai menyulut api permusuhan yang bisa mengancam stabilitas dan harmoni sosial.
Rasulullah SAW bersabda:


لَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا

Artinya: "Janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling mendengki, janganlah kalian saling membelakangi, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara." (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini mengingatkan kita untuk menjauhi segala bentuk permusuhan dan senantiasa membangun ikatan persaudaraan. Dalam menghadapi isu ini, mari kita kedepankan rasa saling pengertian dan menghormati proses hukum yang berlaku. Serahkan penyelesaiannya kepada pihak-pihak yang berwenang, dan tugas kita adalah mendoakan agar keputusan yang diambil adalah yang terbaik bagi kemaslahatan bersama, tanpa mengorbankan hak-hak dan kedaulatan yang sah.

Marilah kita jaga lisan kita dari ucapan-ucapan yang memecah belah, dan hati kita dari prasangka buruk. Fokuslah pada bagaimana kita bisa berkontribusi untuk menjaga persatuan, bukan justru menjadi bagian dari masalah. Ingatlah, bahwa kekuatan sebuah bangsa terletak pada persatuan dan solidaritasnya.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah....

Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Isu yang sedang kita hadapi ini adalah ujian bagi kedewasaan kita sebagai umat dan bangsa. Apakah kita akan terprovokasi dan terpecah belah, ataukah kita akan menyikapinya dengan kepala dingin, akal sehat, dan jiwa besar? Islam mengajarkan kita untuk selalu mencari solusi yang damai dan adil dalam setiap perselisihan.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa' ayat 59:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."

Ayat ini menegaskan pentingnya ketaatan kepada pemimpin dan pentingnya mengembalikan setiap perselisihan kepada Al-Qur'an dan Sunah, yang dalam konteks kenegaraan, berarti melalui jalur hukum dan perundang-undangan yang berlaku, yang notabene merupakan turunan dari nilai-nilai keadilan Islam.

Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama mendoakan agar persoalan ini dapat diselesaikan dengan arif dan bijaksana, demi keutuhan bangsa dan persatuan umat. Jauhi segala bentuk fitnah dan adu domba. Ingatlah bahwa setan sangat senang melihat manusia berselisih dan bermusuhan.

Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita semua ke jalan yang lurus, menjaga persatuan kita, dan menjauhkan kita dari segala bentuk perpecahan.


Semoga khutbah ini bermanfaat dan dapat menjadi pengingat bagi kita semua untuk senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan, serta menyikapi setiap permasalahan dengan hikmah dan kebijaksanaan.

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا . وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ . رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


Penulis: Tgk. Ilham Mirsal, S.Pd.I,. MA. (Dosen STAI Tapaktuan Aceh Selatan & Wakil Ketua Ikatan Alumni Dayah Madinatuddiniyah Babusa'adah, Gampong Teupin Gajah, Kec. Pasie Raja, Aceh Selatan. 

Wednesday, November 6, 2024

ABI. TGK. H. KHAIRUDDIN BAKONGAN (Ulama yang Berkat).

 ABI. TGK. H. KHAIRUDDIN BAKONGAN

(Ulama yang Berkat). 

Oleh: Tgk. Ilham Mirsal, MA. 

Abi Khai, begitu panggilan Akrab pada Abi Khairuddin, Beliau merupakan Ulama Karismatik Aceh Selatan sekaligus pimpinan Dayah Hidayatul Anam yang beralamat di Gampong Ujong Tanoh, Kecamatan Kota Bahagia Aceh Selatan. 

Abi Khai Lahir di Ujung Tanoh pada tahun 1969, dan sekarang mengajar dan memimpin Dayah yang didirikan oleh Ayah beliau bernama Tgk. Ibrahim bin Mansur (Seorang Ulama Karismatik Aceh). Ayah beliau hampir seangkatan dengan Nek Abu Bakongan (Abu. H. Adnan Mahmud). Setelah Tgk. Ibrahim bin Mahmud meninggal dunia pada tahun 1991, Abi Khai melanjutkan kepemimpinan Dayah Hidayatul Anam sampai sekarang. 

Abi Khai memulai pendidikan agamanya pada orangtuanya sendiri Tgk. Ibrahim, setelah Alim Abi Khai melanjutkan Pendidikan ke Dayah Darussalam Al-Waliyyah Labuhan Haji di bawah kepemimpinan Abuya Nasir Wali Al-Khalidy. 

Sepulang dari Dayah Darussalam, Abi Khai  diminta oleh Nek Abu Bakongan (Abu. H. Adnan Mahmud) mengajar di Dayah Ashabul Yamin, Abi Khai mengajar sampai khatam kitab Mahalli di Dayah Bakongan. 

Sembari mengajar kitab Mahalli di Dayah Ashabul Yamin Bakongan, Abi Khai sudah mulai merintis kembali pendidikan di Dayah Hidayatul Anam peninggalan Ayah beliau, sebagai seorang pimpinan muda. Buah kegigihan beliau, kini Dayah hidayatul Anam sudah banyak berkiprah di tengah masyarakat, dan Dayah Abi Khai sekarang juga sudah tersedia Sekolah SMK sebagai wadah sekolah umum bagi para santri.



Abi Khai dikenal sebagai Ulama Tasawuf dan mulazamah dengan ibadah, beramal shalih serta tawad'uk. Dengan ketekunan sifat religius Abi Khai, maka beliau banyak diberi kelebihan oleh Allah SWT. Masyarakat sering meminta doa dan petunjuk pada Abi Khai, dan Abi Khai kerap juga diminta oleh masyarakat untuk mendoakan (rajah) para masyarakat yang sakit, keserupaan dan lainnya. 

Abi Khai dikenal mudah bergaul dan cepat akrab dengan siapa saja, berdiskusi dengan beliau pasti saja mendapat petuah-petuah dan nasehat, beliau juga sangat mudah mengijazahkan doa, wirid dan zikir untuk diamalkan sehari-hari, beliau selalu mengajarkan hikmah bagi siapa saja. 

Kini di usia tuanya, gerakanya sudah terbatas, beliau mengalami penyakit stroke, dan aktivitasnya di bantu oleh kursi roda, namun kegigihan untuk mengajar para santri tidak pudar, semangat berdakwah tidak pernah padam, beliau tetap mengontrol para santri untuk jama'ah, dengan bantuan kursi roda beliau tetap datang untuk mengajarkan umat. 

Semoga Allah panjangkan umur beliau, diberi kesembuhan dan kesehatan kepada Abi, agar tetap senantiasa membimbing kita semua. (Ayah Ilham)..