Tuesday, August 19, 2025

Khutbah Jumat: "Jangan Sia-siakan Akal, Anugerah Terbesar dari Allah"

 Khutbah Jumat: "Jangan Sia-siakan Akal, Anugerah Terbesar dari Allah"

Oleh: Tgk. Ilham Misal, MA


Khutbah Pertama

الحمد لله الذي كرَّم الإنسان بالعقل، وشرَّفه بالعلم والإيمان، وجعل العقل نورًا يهتدي به إلى سبيل الرشاد.

أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله، صلى الله عليه وعلى آله وصحبه أجمعين، ومن تبعهم بإحسان إلى يوم Shift.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Saya berwasiat kepada diri saya pribadi dan kepada jamaah sekalian, marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah ﷻ dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Hari ini marilah kita renungkan nikmat akal, anugerah besar yang Allah titipkan kepada manusia. Dengan akal, manusia bisa memahami ajaran agama, membedakan benar dan salah, serta menimbang baik dan buruk. Tanpa akal, manusia tidak berbeda dengan makhluk lain, bahkan bisa lebih rendah dari hewan yang hanya mengikuti nalurinya.

Allah ﷻ berfirman:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan pada pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Āli ‘Imrān: 190).

Imam al-Ghazali rahimahullah pernah berkata dalam Ihya Ulumiddin:

“Akal adalah modal utama manusia. Dengan akal manusia mengenal Allah, dengan akal manusia memahami agama. Maka siapa yang menyia-nyiakan akalnya, ia telah meruntuhkan agamanya sendiri.”

Betapa dalam kata-kata Imam al-Ghazali ini, jamaah sekalian. Akal bukan hanya untuk dunia, tapi juga untuk jalan menuju akhirat.

Namun sayangnya, banyak manusia yang tidak mensyukuri nikmat akal. Mereka merusaknya dengan mabuk, narkoba, pergaulan bebas, dan dosa-dosa besar lainnya. Rasulullah ﷺ telah mengingatkan:


كُلُّ مُسْكِرٍ خَمْرٌ وَكُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ

“Setiap yang memabukkan adalah khamar, dan setiap khamar itu haram.” (HR. Muslim)


Ma’asyiral Muslimin,


Ibnu Khaldun rahimahullah dalam Muqaddimah-nya menulis:


“Akal adalah cahaya yang diletakkan Allah dalam diri manusia. Dengan akal, manusia mampu membedakan maslahat dan mafsadat, serta mampu mengatur kehidupan bermasyarakat.”


Maka jelaslah, bila akal digunakan dengan baik, ia menjadi cahaya kehidupan. Tetapi bila akal disalahgunakan, ia menjadi sebab kehancuran diri dan masyarakat.


Diriwayatkan pula sebuah kisah dari Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Ketika seorang pemuda dijatuhi hukuman karena maksiat, ia ditanya: “Mengapa engkau sampai berbuat demikian?” Pemuda itu menjawab: “Karena aku biarkan nafsuku mengalahkan akalku.” Umar menangis, lalu berkata: “Inilah akibat bila akal dipenjara, sementara nafsu dilepaskan.”


Benar sekali, jamaah sekalian. Akal adalah pemimpin, nafsu adalah pengikut. Jika akal tunduk pada nafsu, manusia jatuh hina. Tetapi jika akal dipandu oleh wahyu, manusia menjadi mulia, bahkan lebih mulia dari malaikat.


Khutbah Kedua


الحمد لله، نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له.


Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,


Akal adalah amanah. Kelak di hari kiamat, setiap manusia akan ditanya bagaimana ia menggunakan akalnya. Rasulullah ﷺ bersabda:


لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ القِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا عَمِلَ بِهِ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جَسَدِهِ فِيمَا أَبْلَاهُ

“Tidak akan bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang umurnya untuk apa dihabiskan, ilmunya untuk apa diamalkan, hartanya dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan, serta tubuhnya untuk apa digunakan.” (HR. at-Tirmidzi)

Para ulama menegaskan, siapa yang tidak menggunakan akalnya untuk mendekat kepada Allah, maka akalnya akan menjadi saksi yang menuntutnya di hari kiamat.

Karena itu, mari kita syukuri nikmat akal dengan cara:

‌Menuntut ilmu untuk mempertajam akal.

‌Menjauhi yang merusak akal, seperti mabuk dan narkoba.

‌Menggunakan akal untuk tadabbur ciptaan Allah agar iman bertambah.

‌Mengendalikan hawa nafsu dengan akal yang dipandu oleh wahyu.


Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata:


“Barangsiapa yang menggunakan akalnya tanpa wahyu, ia akan tersesat. Dan barangsiapa mengikuti wahyu tanpa akal, ia akan tergelincir. Maka akal dan wahyu harus berjalan bersama.”

Jamaah Jumat yang berbahagia,

Semoga kita semua menjadi hamba yang bersyukur atas nikmat akal, menjaganya, dan menggunakannya untuk kebaikan dunia dan kebahagiaan akhirat.


اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات، والمؤمنين والمؤمنات، الأحياء منهم والأموات.

اللهم اجعل عقولنا عاملةً بالحق، وقلوبنا خاشعةً لك، وألسنتنا ذاكرةً لك، وأعمالنا صالحةً ترضيك يا رب العالمين.

ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.


عباد الله، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ.

فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.

Thursday, July 24, 2025

Khutbah Jumaat, Akir Muharram & Awal Shafar Akibat Melupakan Hak Allah: Empat Penyakit dalam Menghantui Kehidup Manusia

 “Akibat Melupakan Hak Allah: Empat Penyakit dalam Menghantui Kehidup Manusia”


Tgk. Ilham Misal, MA


Khutbah Pertama


الحمد لله الذي خلق الإنسان ليعبده، وجعل الغاية من الحياة تحقيق العبودية لوجهه الكريم، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله، صلى الله عليه وعلى آله وصحبه أجمعين.


أُوصِيكُمْ عِبَادَ اللهِ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَإِنَّ التَّقْوَى رَأْسُ الْخَيْرِ وَطَرِيقُ السَّعَادَةِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، قَالَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى:


﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ﴾

(الأحزاب: 70)


معاشر المسلمين رحمكم الله،


Di zaman yang serba cepat ini, banyak manusia yang melupakan hak Allah Ta’ala dalam hidupnya. Mereka sibuk mengejar dunia, namun lupa pada Pencipta dunia. Mereka rajin bekerja, tapi lalai dari ibadah. Mereka berharap berkah, tapi lupa kepada yang Maha Memberi Berkah.


Ketahuilah wahai saudara-saudara seiman, ketika kita melupakan hak Allah, maka akan tertanam dalam diri kita empat penyakit yang sangat berbahaya, yang membuat hidup kita sempit, gelisah, dan jauh dari kebahagiaan.


Pertama: Rezeki yang tidak berkecukupan


Meskipun gaji besar, penghasilan banyak, namun tetap merasa kurang dan sempit. Ini bukan karena rezekinya sedikit, tapi keberkahannya yang hilang.

قَالَ اللهُ تَعَالَى:

﴿ وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا ﴾

(طه: 124)

"Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka baginya kehidupan yang sempit."


Kedua: Kesibukan yang tidak pernah selesai


Waktu terasa sempit, tugas menumpuk, hati tidak tenang. Padahal, semua itu karena kita tidak meletakkan Allah sebagai pusat kehidupan.


قَالَ سُبْحَانَهُ:

﴿ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ﴾

(الكهف: 28)


Sibuk tanpa tujuan ilahiah hanya akan melelahkan badan dan menggelapkan hati.


Ketiga: Kesusahan yang tiada ujung


Masalah datang bertubi-tubi, hati gelisah, batin kosong. Itu karena hati yang jauh dari Allah akan dipenuhi kesusahan dan kegelapan.

قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ:

"مَنْ جَعَلَ هُمُومَهُ هَمًّا وَاحِدًا، هَمَّ الْمَعَادِ، كَفَاهُ اللهُ هُمُومَ دُنْيَاهُ، وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا، لَمْ يُبَالِ اللهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهَا هَلَكَ"

(رواه ابن ماجه)


"Barang siapa menjadikan akhirat sebagai satu-satunya urusan besar dalam hidupnya, maka Allah akan cukupkan urusan dunianya. Tapi barang siapa disibukkan oleh urusan dunia, maka Allah tidak peduli di lembah mana dia binasa."


Keempat: Menderita atas nikmat orang lain


Penyakit hati bernama hasad (dengki) menjalar karena hati tidak terisi syukur. Ketika melupakan Allah, hati akan selalu melihat ke atas, dan merasa tersiksa melihat orang lain senang.


قَالَ اللهُ تَعَالَى:

﴿ وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ ﴾

(طه: 131)

وَقَالَ:

﴿ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ ﴾

(الجمعة: 4)


Ma’asyiral muslimin yang dirahmati Allah,


Empat penyakit ini tidak akan sembuh dengan obat apotek. Obatnya hanya satu: kembali kepada Allah. Menunaikan hak-Nya. Ibadah tepat waktu. Dzikir. Membaca Al-Qur’an. Bersyukur. Bertobat.


قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ:

"احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ"

(رواه الترمذي)


"Jagalah hak-hak Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan dapati Allah di hadapanmu."


Saudaraku yang dirahmati Allah,


Marilah kita menunaikan hak-hak Allah:

‌Dirikan shalat tepat waktu.

‌Bersyukur atas nikmat sekecil apapun.

‌Bertobat atas segala kelalaian.

‌Bersihkan hati dari iri dan dengki.


Hidup akan lebih tenang jika Allah ada dalam hati kita.


فَاتَّقُوا اللهَ عِبَادَ اللهِ، وَلَا تَكُونُوا مِمَّنْ نَسُوا اللهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ، أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ.


Khutbah Kedua


الحمد لله، الحمد لله الذي أمر بذكره، ووعد من شكره، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله، صلى الله عليه وسلم، أما بعد:


عباد الله، أوصيكم ونفسي المقصرة أولًا بتقوى الله، فقد قال الله سبحانه:


﴿ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ ﴾

(النحل: 128)

Doa Penutup (Khatimah):


اللَّهُمَّ رُدَّنَا إِلَيْكَ رَدًّا جَمِيلًا، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ يُحِبُّونَ ذِكْرَكَ، وَيَشْكُرُونَ نِعْمَتَكَ، وَيَقُومُونَ بِحُقُوقِكَ، وَتَوَلَّ أُمُورَنَا كُلَّهَا، وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.


عباد الله، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ، وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.


Saturday, July 5, 2025

Abah Tgk. H. Mohd. Yunus At-Thaiby Ulama Karismatik Aceh yang Mengayomi Umat dengan Ilmu dan Cinta

 Abah Tgk. H. Mohd. Yunus At-Thaiby

Ulama Karismatik Aceh yang Mengayomi Umat dengan Ilmu dan Cinta. 


Oleh: Ayah Ilham

Latar Belakang

Abah Tgk. H. Mohd. Yunus At-Thaiby lahir di Gampong Ladang Tuha, Kecamatan Pasie Raja, Aceh Selatan, pada tanggal 22 Agustus 1945. Beliau merupakan murid senior Abuya Jalaini Musa, pimpinan Dayah Darussa’adah, Kotafajar. Tahun 1959, beliau resmi mondok di Darussa’adah, termasuk dalam angkatan kedua setelah Abuya menetap di sana.

Di masa mondok, Abah tergolong santri paling menonjol. Kelas beliau termasuk kelas inti yang hanya mampu diajar oleh dua guru utama, yakni Abu Daud Teupin Gajah dan Tgk. Tarmizi Meulaboh, yang dikenal sebagai “otak komputer” karena kepintarannya. Abah belajar selama empat tahun bersama Abu Daud hingga akhirnya mereka sebangku dalam kelas Dewan Guru asuhan langsung Abuya Jalaini Musa, termasuk saat melanjutkan ke Blang Bladeh Bireuen.

Ketika para guru senior satu per satu berpindah, Abuya sempat mengumpulkan santri untuk mencari siapa yang layak mengisi kelas Abah. Tak seorang pun berani. Hingga akhirnya Abuya sendiri menunjuk beliau:

“Nyoe meunan gata Tgk. Yunus gantoe uloen”, kata Abuya.

Dengan berlinang air mata, Abah menerima amanah itu sambil menjawab penuh harap pada doa gurunya:

“Insya Allah, nyoe na sabe, Abu sajan loen.”

Sejak saat itu, Abah menjadi tangan kanan Abuya Jalaini Musa, bahkan mengajar santri seangkatannya maupun kakak leting.

Perjalanan Pendidikan dan Santri-Santri Kader

Tahun 1963–1969, Abah melanjutkan pendidikan di Dayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh Bireuen di bawah asuhan Al-Mukarram Abu TU (Tgk. H. Muhammad Amin). Di sini pun beliau menjadi murid tua sekaligus guru senior.

Beberapa murid ulama yang lahir dari didikan beliau antara lain:

  • ‌Tgk. H. Mustafa Ahmad (Abu Paloh Gadeng)
  • Tgk. Nasruddin bin Ahmad
  • Tgk. Abu Yazid Al-Yusufi (Abon Blang Pidie)
  • Tgk. Iklil (putra beliau, pimpinan Dayah Madinatuddiniyah Jabal Rahmah Tapaktuan)
  • Tgk. Khaermen Elvey Thaiby (putra beliau, pimpinan Dayah Madinatuddiniyah Jabal Makmur).
  • Tgk. Sainusi Alyusufi (Dayah Ihya Ulumuddin Terbangan).
  • Tgk. Mahyuddin (Dayah Madinatuddiniyah Al-Anshar Jeumpa Abdya).
  • m. Tgk. Sumardi (Dayah Madinatuddiniyah Nurul Hidayah Pante Raja).
  • Tgk. Riswadi (Sinabang Simeulue)

dan banyak lagi.


Kiprah Mendirikan Pendidikan

Sekembalinya ke kampung halaman, Abah mendedikasikan diri untuk membangun pendidikan Islam:

  • ‌Dayah Ihya Ulumuddin (1982) di Ladang Tuha
  • Dayaah Madinatuddiniyah Jabal Makmur (1991) di Pucok Krueng
  • Dayah Terpadu Madinatuddiniyah Jabal Rahmah (2004) di Tapaktuan, yang memadukan pendidikan umum modern dan pendidikan salaf.

Masing-masing lembaga ini melahirkan banyak kader ulama, pendidik, dan pemimpin umat.

Peran di Pemerintahan dan Politik

Abah menjadi rujukan utama pemerintah Aceh Selatan dalam berbagai kebijakan keagamaan, termasuk sebagai pengasuh Majelis Taklim Pendopo Bupati untuk kalangan ASN dan DPRK.

Beliau juga menjabat sebagai anggota MPU Aceh, Komisi B (Pendidikan, Litbang, dan Ekonomi Umat), selama beberapa periode.

Dalam karier politik, beliau terpilih menjadi anggota DPRK Aceh Selatan periode 1999–2004 dari Partai Abulyatama.

Wafatnya Sang Ulama

Pada Minggu malam, 6 Agustus 2017, sekitar pukul 24.00 WIB, Abah berpulang ke rahmatullah di RSU Zainal Abidin Banda Aceh. Berita duka menyebar cepat, umat berbondong-bondong memenuhi komplek Dayah Jabal Rahmah untuk mengantarkan beliau ke peristirahatan terakhir.

Umat kehilangan sosok pengayom penuh cinta, guru yang tegas namun penyayang, ulama karismatik yang selalu hadir menenangkan umat.

Semoga Allah SWT menerima segala amal beliau, melipatgandakan pahala atas semua ilmu yang beliau ajarkan, dan menempatkan beliau di surga-Nya yang mulia. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.

Catatan Hitam Yazid dalam Sejarah Islam

 Ketika Dunia Menipu: Catatan Hitam Yazid dalam Sejarah

Oleh: Ayah Ilham

“Betapa buruknya hamba dunia: jika diberi ia rakus, jika tak diberi ia marah. Dunia itu manis dan hijau, tapi ia hanya fatamorgana bagi orang-orang yang terpedaya.”
— (Makna hadits riwayat Bukhari-Muslim)

Dalam sejarah Islam, ada banyak pemimpin yang mencatatkan namanya dengan tinta emas karena ketakwaan, keadilan, dan pengorbanan untuk umat. Namun tak sedikit pula yang hanya menyisakan noda hitam dalam lembar sejarah. Salah satu nama yang paling sering disebut sebagai simbol kezaliman dan cinta dunia adalah Yazid bin Mu‘awiyah.

Yazid naik takhta pada tahun 60 Hijriah menggantikan ayahnya, Mu‘awiyah bin Abi Sufyan. Pemerintahannya tidak lama, hanya sekitar tiga tahun, namun penuh dengan peristiwa besar dan kelam bagi umat Islam: terbunuhnya cucu Nabi ﷺ, penyerbuan kota Madinah, hingga pengepungan dan pembakaran Ka‘bah. Dunia memang memberinya singgasana, tetapi hanya sekejap sebelum Allah runtuhkan semuanya — sebagai peringatan bagi umat manusia.

Kekuasaan yang Menipu

Yazid lahir di tengah keluarga bangsawan Quraisy. Ayahnya adalah sahabat Nabi ﷺ dan gubernur Syam yang kemudian menjadi khalifah. Sejak kecil ia terbiasa dengan kemewahan istana, perburuan, musik, minuman keras — sebagaimana banyak riwayat menyebutkan kebiasaan buruknya. Ketika Mu‘awiyah wafat, rakyat Syam menyatakan bai‘at kepada Yazid, tetapi banyak sahabat besar menolak, termasuk Husain bin Ali, Abdullah bin Zubair, dan Abdullah bin Umar.

Sejak saat itulah darah mulai tumpah karena syahwat kekuasaan.

Tragedi Karbala: Noda Tak Terhapus

Tahun 61 H, cucu kesayangan Rasulullah ﷺ, Sayyidina Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma, bersama keluarganya dibantai di Karbala oleh pasukan yang dikirim dari pihak Yazid. Meski ia sendiri tidak hadir di medan perang, ia adalah khalifah yang memerintahkan dan membiarkan pembunuhan itu terjadi. Sejarah Islam mencatat bahwa peristiwa ini mengguncang hati umat Islam sepanjang masa. Darah Husain menjadi saksi bahwa cinta dunia dan ambisi politik bisa membutakan nurani.

Al-Harrah dan Ka‘bah yang Terbakar

Tak lama setelah itu, pada tahun 63 H, warga Madinah memberontak menolak kekhalifahan Yazid. Pasukan Yazid menyerbu kota suci itu, membunuh ribuan orang termasuk sahabat Nabi, memperkosa wanita-wanita mulia, bahkan merampok rumah-rumah. Tragedi ini dikenal sebagai Peristiwa Al-Harrah. Belum cukup sampai di situ, pasukannya juga mengepung Mekah untuk melawan Abdullah bin Zubair, sampai-sampai Ka‘bah rusak terkena peluru manjaniq dan terbakar sebagian.

Akhir yang Hina

Hanya tiga tahun lebih Yazid bertahta, dunia yang ia genggam dengan angkuh lenyap. Ia wafat secara tiba-tiba di Hawarin, Syam, pada usia sekitar 38–39 tahun, dengan meninggalkan nama buruk dan umat yang terpecah belah. Jenazahnya bahkan ditolak sebagian rakyatnya sendiri.

“Orang yang mencintai dunia, akan binasa bersamanya. Orang yang mencintai akhirat, dunia akan melayaninya.”

Pelajaran untuk Umat

Sejarah Yazid adalah peringatan keras bahwa dunia hanyalah tipuan. Kekuasaan, harta, dan kehormatan duniawi bisa menjadi jebakan yang membinasakan siapa saja yang terpedaya. Meski Yazid memimpin negeri kaum Muslimin, tapi cintanya kepada dunia membuatnya lalai dari amanah agama.

Kita belajar bahwa:

  • ‌Pemimpin yang zalim selalu meninggalkan kehinaan di dunia, apalagi di akhirat.
  • Cinta pada keluarga Nabi (Ahlul Bait) adalah kewajiban setiap Muslim.
  • Dunia hanyalah ujian, bukan tujuan.

Penutup

Hari ini nama Yazid tinggal catatan hitam. Sementara nama Husain terus harum dikenang sebagai simbol kebenaran, keberanian, dan pengorbanan. Sejarah tidak pernah salah mencatat siapa yang menipu dan siapa yang tertipu.

Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat Yazid: cinta dunia, zalim terhadap umat, dan lalai pada akhirat. Dan semoga kita semua diberi keberanian untuk meneladani Husain, meski harus menghadapi dunia yang beringas.

“Dunia itu perhiasan yang fana, dan sebaik-baik perhiasan adalah hati yang bertakwa.”

Monday, June 30, 2025

Biografi Lengkap Tgk. H. Muhammad Daud Al Yusufy – Abu Daud Teupin Gajah (Jejak Ilmu, Politik, dan Kepemimpinan Umat di Aceh).

 Biografi Lengkap Tgk. H. Muhammad Daud Al Yusufy – Abu Daud Teupin Gajah

(Jejak Ilmu, Politik, dan Kepemimpinan Umat di Aceh). 



Ditulis oleh Tgk. Ilham Mirsal, MA (Ayah Ilham). 


1. Latar Belakang & Keluarga

‌Nama lengkap: Tgk. H. Muhammad Daud Al Yusufy

‌Nama panggilan: Abu Daud Teupin Gajah

‌Kelahiran: Sekitar 1936, di Krueng Kalee, Pasie Raja, Aceh Selatan

‌Orangtua: Nyak Gafi bin Ismail & Aisyah binti Abu Kali


Keturunan: Guru agama sekaligus leluhur pejuang; kakek beliau, Ismail bin H. Yusuf, ikut serta dalam perjuangan bangsa melawan Belanda era 1870-an (aceh-moorden.com, tastafi.com, tirto.id, kmti.or.id)


2. Pendidikan Awal & Spirit Juang


Abu Daud menghabiskan masa kecilnya berjalan kaki sejauh 10 km untuk bersekolah dari Krueng Kalee ke Ladang Tuha. Setelah lulus SR (1951), beliau memilih jalan hidup spiritual dan menuntut ilmu agama:


‌Dayah Bustanuddin, Kuala Bau, Kluet Utara

‌Dayah Darussa’adah, Kota fajar, Kluet Utara

‌Dayah Madinatud Diniyah Babussalam, Blang Bladeh (mondok sejak 1964) di bawah bimbingan ulama kharismatik Abu Tumin (kmti.or.id, dialeksis.com).


3. Mendirikan Dayah & Memberdayakan Santri


‌1972: Memulai TPA di halaman rumah.

‌1984: Resmi berdiri sebagai Dayah Madinatud Diniyah Babussa’adah.


Fasilitas berkembang menjadi asrama putri Nurul Fata (2001) & mushalla permanen senilai sekitar Rp 2 M (2002) (kmti.or.id).


Aktif menjalankan 23 majelis taklim mingguan, hingga usia senja (studylibid.com).


4. Kiprah Politik dan Organisasi


a. PERTI & PPP


Abu Daud juga dikenal sebagai aktivis politik Islam. Beliau pernah menjadi pengurus PERTI (Persatuan Tarbiyah Islamiyah), dan aktif mendukung jalannya PPP (Partai Persatuan Pembangunan) di Aceh. Kehadirannya memberi bobot religius dan moral dalam politik lokal pasca Kemerdekaan Indonesia. 


b. Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU)


2001 – Ketua MPU Kabupaten Aceh Selatan; kembali terpilih pada 2007 (kmti.or.id)


Anggota MPU Provinsi Aceh – terlibat dalam pengambilan kebijakan keagamaan strategis di tingkat provinsi.


5. Peran di Masa Konflik GAM–RI (1999–2005)


Dalam fase paling genting di Aceh pasca konflik dengan Pemerintah Indonesia, Abu Daud memainkan peran penjaga umat. Ia menjembatani antara masyarakat, GAM, dan pemerintah. Beberapa kisah masyhur menyebut beliau pernah ikut menenangkan konflik langsung di lapangan, termasuk mengunjungi daerah konflik bersama GAM demi menjaga umat agar tidak terjebak aktor kekerasan (studylibid.com).


Sikap ini menegaskan peran beliau sebagai mediator ulung yang menempatkan agama sebagai wasilah perdamaian.


6. Kepemimpinan Sosial dan Spiritualitas


Abu Daud bukan hanya ulama, tapi juga guru spiritual dan murabbi yang selalu dekat dengan jamaah. Beliau sering menggunakan bahasa Aceh sehari-hari, hadir di acara hajatan, dan mengarahkan tsaqafah keislaman di level akar rumput .


Beliau juga dikenal sebagai kolektor ilmu tasawuf, menjadi pusat rujukan bagi santri yang ingin memahami sisi ruhani Islam.


7. Saat Terakhir & Wasiat Abadi


Menjelang meninggal — Jumat malam, 12 Januari 2018 di Kuala Lumpur — Abu Daud meminta tubuhnya diarahkan ke kiblat, sambil menyampaikan pesan penting:


“Hidup memang harus kita persiapkan untuk mati… semua harus ingat mati.”


Wasiat kematian beliau: rukun antar saudara-laki, perjuangan pesantren jangan pernah berhenti, majelis taklim harus tetap hidup.

Beliau wafat pada Sabtu, 13 Januari 2018, pukul 02.03 waktu Malaysia .


8. Legasi & Generasi Penerus


Anak-anak beliau melanjutkan estafet dakwah:

‌Tgk. Safruddin (Abu Cek) – pimpinan dayah Perbatasan Minhajussalam di Subulussalam

‌Tgk. H. Mukhlis Al-Yusufy (Abu Ngoh) – pemimpin Dayah Putri Nurul Fata, Teupin Gajah, Pasie Raja, Aceh Selatan. 

‌Tgk. Tarmizi Al-Yusufy (Waled Ar) – Dayah Najmul Hidayah, Cot Meurak, Bate Iliek, Bireun, Aceh. 

‌Tgk.H.Erli Safriza Al-Yusufy, Lc. Pimpinan Dayah Madinatuddiniyah Babussa'adah sekarang

‌Tgk.Bustami Ar, (menantu) suami dari putri Abu Ustazah. Hafizah Al-Yusufy, Pimpinan PDF Dayah Babussa'adah.

‌Tgk. Zoel Syahman Amin (Menantu) suami dari putri Abu, Ustazah. Zusti Marliza Al-Yusufy, Pimpinan Dayah Darul Huda, Merusak, Kluet Tengah Aceh Selatan.

‌Tgk.Ismail Al-Yusufy, Putra Bingsu Abu, Sekarang Menjadi Pendidik dan dakwah yang ikut berperan memajukan Dayah Minhajusalam Kota Subulussalam. (kmti.or.id).

‌para alumni yang sudah buka Dayah Cabang di berbagai tempat dan daerah yang tersebar ke seluruh Provinsi aceh. 

‌Organisasi alumni IKABAS masih aktif mendukung majelis ilmu dan pesantren beliau.

‌24 Cabang Majelis Ta'lim asuhan Abu. 


9. Warisan Nilai untuk Umat dan Bangsa


‌Sadar akan kematian – menegaskan nilai penting husnulkhatimah

‌Persatuan keluarga dan umat – mendahulukan ukhuwah atas warisan materi

‌Pendidikan & dakwah terus hidup – pesantren dan majelis ilmu tak boleh sepi


10. Doa dan Penutup


Ya Allah... jadikan ilmu dan pengabdian Abu sebagai cahaya abadi. Hidupkan dakwah dan amalan yang beliau wariskan... jadikan kami bagian penerus perjuangan agama dan bangsa.

Wasiat Terakhir Abu Daud Teupin Gajah

 Wasiat Terakhir Abu Daud Teupin Gajah: “Jangan Biarkan Pesantren Sepi...”


Oleh: Tgk. Ilham Mirsal, MAA (yah Ilham) 


Malam itu, di tengah sunyi ruang perawatan ICU sebuah rumah sakit di Kuala Lumpur, seorang ulama sepuh dari Aceh Selatan terbangun dari tidurnya. Tubuhnya lemah, napasnya berat, namun kesadarannya tetap penuh. Namanya Tgk. H. Muhammad Daud Al Yusufy, atau yang lebih dikenal masyarakat dengan panggilan Abu Daud di Teupin Gajah.

Tanggal 12 Januari 2018, malam Jum’at yang menjadi malam terakhir beliau dalam kehidupan dunia.

Dengan suara lirih, Abu memanggil anak bungsunya, Tgk. Ismail.

“Is... kemana arah kiblat?”

Tgk. Is, yang setia menemani di rumah sakit sejak hari-hari terakhir Abu dirawat, sempat terdiam. Ia berusaha menghibur ayahnya, mencoba menepis rasa haru yang mulai memenuhi dadanya.

“Bek le that peu Abu pikhe doh... Abu istirahat... semoga lekas sembuh, kita bisa pulang ke Gampong,” ujarnya pelan.

Tapi Abu menatapnya dengan lembut, lalu berkata penuh makna:

“Laen peu ciet tapikhe hai Aneuk meutuah... Hidup ini memang harus kita persiapkan untuk mati... Yang muda, yang tua... laki-laki, perempuan... Semua harus ingat mati...”

Seolah Abu sudah tahu, malam itu adalah malam perpisahan dengan dunia fana.

Kemudian, sebelum kembali terpejam dalam kelelahan fisik, Abu sempat berpesan:

“Kalau Abu meninggal nanti... kalian rukunlah dengan abang-abang dan kakakmu... Abu tak punya harta... Yang Abu punya hanya kalian anak-anak Abu... Baik-baiklah dengan santri... Jangan biarkan pesantren sepi... Ingatkan majelis ta’lim... Jangan berhenti hanya karena Abu pergi...”

Tak ada air mata di wajah Abu. Hanya keteguhan, keikhlasan, dan cinta besar untuk keluarga dan umat.

Esok siangnya, Sabtu, 13 Januari 2018, sekitar pukul 02.03 waktu Malaysia, Abu Daud berpulang ke rahmatullah. Kabar duka itu cepat menyebar, dari Kuala Lumpur hingga ke pelosok desa-desa Aceh Selatan. Tangisan pecah di banyak tempat. Santri, masyarakat, dan keluarga besar merasa kehilangan sosok ulama yang menjadi rujukan dalam ilmu, akhlak, dan spiritualitas.

Pelajaran Abadi dari Abu Daud

Wasiat-wasiat Abu Daud bukan sekadar nasihat menjelang wafat, tapi menjadi kompas hidup bagi banyak orang hingga hari ini. Setidaknya ada tiga pesan penting yang bisa kita renungkan:

Ingat Mati, Persiapkan Diri.
Dalam kondisi kritis, yang Abu minta bukan obat, bukan kenyamanan, tapi arah kiblat. Sebuah pelajaran tentang betapa pentingnya husnul khatimah.

Jaga Ukhuwah Keluarga.
Abu mewasiatkan agar anak-anaknya tetap rukun. Bukan soal warisan materi, tapi warisan cinta dan persaudaraan.

Teruskan Dakwah dan Majelis Ilmu.
Abu tidak ingin pesantren yang beliau bangun menjadi sepi setelah kepergiannya. Ini pesan bagi semua santri, alumni, dan masyarakat Aceh Selatan: Majelis taklim, zikir, dan pengajian... harus tetap hidup!

Hari ini, meski Abu Daud sudah tiada, pesan dan wasiat beliau tetap bergema di langit-langit dayah, di sudut-sudut masjid, dan di hati santri-santri beliau.

Ya Allah... tempatkan Abu kami di maqam terbaik-Mu. Jadikan setiap huruf ilmu yang beliau ajarkan sebagai cahaya di alam kubur beliau. Amin...

Penulis Wakil Ketua Ikatan Alumni Dayah Madinatuddiniyah Babussa'adah, Teupin Gajah, Pasie Raja, Aceh Selatan.