Saturday, July 5, 2025

Catatan Hitam Yazid dalam Sejarah Islam

 Ketika Dunia Menipu: Catatan Hitam Yazid dalam Sejarah

Oleh: Ayah Ilham

“Betapa buruknya hamba dunia: jika diberi ia rakus, jika tak diberi ia marah. Dunia itu manis dan hijau, tapi ia hanya fatamorgana bagi orang-orang yang terpedaya.”
— (Makna hadits riwayat Bukhari-Muslim)

Dalam sejarah Islam, ada banyak pemimpin yang mencatatkan namanya dengan tinta emas karena ketakwaan, keadilan, dan pengorbanan untuk umat. Namun tak sedikit pula yang hanya menyisakan noda hitam dalam lembar sejarah. Salah satu nama yang paling sering disebut sebagai simbol kezaliman dan cinta dunia adalah Yazid bin Mu‘awiyah.

Yazid naik takhta pada tahun 60 Hijriah menggantikan ayahnya, Mu‘awiyah bin Abi Sufyan. Pemerintahannya tidak lama, hanya sekitar tiga tahun, namun penuh dengan peristiwa besar dan kelam bagi umat Islam: terbunuhnya cucu Nabi ﷺ, penyerbuan kota Madinah, hingga pengepungan dan pembakaran Ka‘bah. Dunia memang memberinya singgasana, tetapi hanya sekejap sebelum Allah runtuhkan semuanya — sebagai peringatan bagi umat manusia.

Kekuasaan yang Menipu

Yazid lahir di tengah keluarga bangsawan Quraisy. Ayahnya adalah sahabat Nabi ﷺ dan gubernur Syam yang kemudian menjadi khalifah. Sejak kecil ia terbiasa dengan kemewahan istana, perburuan, musik, minuman keras — sebagaimana banyak riwayat menyebutkan kebiasaan buruknya. Ketika Mu‘awiyah wafat, rakyat Syam menyatakan bai‘at kepada Yazid, tetapi banyak sahabat besar menolak, termasuk Husain bin Ali, Abdullah bin Zubair, dan Abdullah bin Umar.

Sejak saat itulah darah mulai tumpah karena syahwat kekuasaan.

Tragedi Karbala: Noda Tak Terhapus

Tahun 61 H, cucu kesayangan Rasulullah ﷺ, Sayyidina Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma, bersama keluarganya dibantai di Karbala oleh pasukan yang dikirim dari pihak Yazid. Meski ia sendiri tidak hadir di medan perang, ia adalah khalifah yang memerintahkan dan membiarkan pembunuhan itu terjadi. Sejarah Islam mencatat bahwa peristiwa ini mengguncang hati umat Islam sepanjang masa. Darah Husain menjadi saksi bahwa cinta dunia dan ambisi politik bisa membutakan nurani.

Al-Harrah dan Ka‘bah yang Terbakar

Tak lama setelah itu, pada tahun 63 H, warga Madinah memberontak menolak kekhalifahan Yazid. Pasukan Yazid menyerbu kota suci itu, membunuh ribuan orang termasuk sahabat Nabi, memperkosa wanita-wanita mulia, bahkan merampok rumah-rumah. Tragedi ini dikenal sebagai Peristiwa Al-Harrah. Belum cukup sampai di situ, pasukannya juga mengepung Mekah untuk melawan Abdullah bin Zubair, sampai-sampai Ka‘bah rusak terkena peluru manjaniq dan terbakar sebagian.

Akhir yang Hina

Hanya tiga tahun lebih Yazid bertahta, dunia yang ia genggam dengan angkuh lenyap. Ia wafat secara tiba-tiba di Hawarin, Syam, pada usia sekitar 38–39 tahun, dengan meninggalkan nama buruk dan umat yang terpecah belah. Jenazahnya bahkan ditolak sebagian rakyatnya sendiri.

“Orang yang mencintai dunia, akan binasa bersamanya. Orang yang mencintai akhirat, dunia akan melayaninya.”

Pelajaran untuk Umat

Sejarah Yazid adalah peringatan keras bahwa dunia hanyalah tipuan. Kekuasaan, harta, dan kehormatan duniawi bisa menjadi jebakan yang membinasakan siapa saja yang terpedaya. Meski Yazid memimpin negeri kaum Muslimin, tapi cintanya kepada dunia membuatnya lalai dari amanah agama.

Kita belajar bahwa:

  • ‌Pemimpin yang zalim selalu meninggalkan kehinaan di dunia, apalagi di akhirat.
  • Cinta pada keluarga Nabi (Ahlul Bait) adalah kewajiban setiap Muslim.
  • Dunia hanyalah ujian, bukan tujuan.

Penutup

Hari ini nama Yazid tinggal catatan hitam. Sementara nama Husain terus harum dikenang sebagai simbol kebenaran, keberanian, dan pengorbanan. Sejarah tidak pernah salah mencatat siapa yang menipu dan siapa yang tertipu.

Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat Yazid: cinta dunia, zalim terhadap umat, dan lalai pada akhirat. Dan semoga kita semua diberi keberanian untuk meneladani Husain, meski harus menghadapi dunia yang beringas.

“Dunia itu perhiasan yang fana, dan sebaik-baik perhiasan adalah hati yang bertakwa.”

No comments:

Post a Comment