Thursday, July 24, 2025

Khutbah Jumaat, Akir Muharram & Awal Shafar Akibat Melupakan Hak Allah: Empat Penyakit dalam Menghantui Kehidup Manusia

 “Akibat Melupakan Hak Allah: Empat Penyakit dalam Menghantui Kehidup Manusia”


Tgk. Ilham Misal, MA


Khutbah Pertama


الحمد لله الذي خلق الإنسان ليعبده، وجعل الغاية من الحياة تحقيق العبودية لوجهه الكريم، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله، صلى الله عليه وعلى آله وصحبه أجمعين.


أُوصِيكُمْ عِبَادَ اللهِ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَإِنَّ التَّقْوَى رَأْسُ الْخَيْرِ وَطَرِيقُ السَّعَادَةِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، قَالَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى:


﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ﴾

(الأحزاب: 70)


معاشر المسلمين رحمكم الله،


Di zaman yang serba cepat ini, banyak manusia yang melupakan hak Allah Ta’ala dalam hidupnya. Mereka sibuk mengejar dunia, namun lupa pada Pencipta dunia. Mereka rajin bekerja, tapi lalai dari ibadah. Mereka berharap berkah, tapi lupa kepada yang Maha Memberi Berkah.


Ketahuilah wahai saudara-saudara seiman, ketika kita melupakan hak Allah, maka akan tertanam dalam diri kita empat penyakit yang sangat berbahaya, yang membuat hidup kita sempit, gelisah, dan jauh dari kebahagiaan.


Pertama: Rezeki yang tidak berkecukupan


Meskipun gaji besar, penghasilan banyak, namun tetap merasa kurang dan sempit. Ini bukan karena rezekinya sedikit, tapi keberkahannya yang hilang.

قَالَ اللهُ تَعَالَى:

﴿ وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا ﴾

(طه: 124)

"Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka baginya kehidupan yang sempit."


Kedua: Kesibukan yang tidak pernah selesai


Waktu terasa sempit, tugas menumpuk, hati tidak tenang. Padahal, semua itu karena kita tidak meletakkan Allah sebagai pusat kehidupan.


قَالَ سُبْحَانَهُ:

﴿ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ﴾

(الكهف: 28)


Sibuk tanpa tujuan ilahiah hanya akan melelahkan badan dan menggelapkan hati.


Ketiga: Kesusahan yang tiada ujung


Masalah datang bertubi-tubi, hati gelisah, batin kosong. Itu karena hati yang jauh dari Allah akan dipenuhi kesusahan dan kegelapan.

قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ:

"مَنْ جَعَلَ هُمُومَهُ هَمًّا وَاحِدًا، هَمَّ الْمَعَادِ، كَفَاهُ اللهُ هُمُومَ دُنْيَاهُ، وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا، لَمْ يُبَالِ اللهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهَا هَلَكَ"

(رواه ابن ماجه)


"Barang siapa menjadikan akhirat sebagai satu-satunya urusan besar dalam hidupnya, maka Allah akan cukupkan urusan dunianya. Tapi barang siapa disibukkan oleh urusan dunia, maka Allah tidak peduli di lembah mana dia binasa."


Keempat: Menderita atas nikmat orang lain


Penyakit hati bernama hasad (dengki) menjalar karena hati tidak terisi syukur. Ketika melupakan Allah, hati akan selalu melihat ke atas, dan merasa tersiksa melihat orang lain senang.


قَالَ اللهُ تَعَالَى:

﴿ وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ ﴾

(طه: 131)

وَقَالَ:

﴿ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ ﴾

(الجمعة: 4)


Ma’asyiral muslimin yang dirahmati Allah,


Empat penyakit ini tidak akan sembuh dengan obat apotek. Obatnya hanya satu: kembali kepada Allah. Menunaikan hak-Nya. Ibadah tepat waktu. Dzikir. Membaca Al-Qur’an. Bersyukur. Bertobat.


قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ:

"احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ"

(رواه الترمذي)


"Jagalah hak-hak Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan dapati Allah di hadapanmu."


Saudaraku yang dirahmati Allah,


Marilah kita menunaikan hak-hak Allah:

‌Dirikan shalat tepat waktu.

‌Bersyukur atas nikmat sekecil apapun.

‌Bertobat atas segala kelalaian.

‌Bersihkan hati dari iri dan dengki.


Hidup akan lebih tenang jika Allah ada dalam hati kita.


فَاتَّقُوا اللهَ عِبَادَ اللهِ، وَلَا تَكُونُوا مِمَّنْ نَسُوا اللهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ، أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ.


Khutbah Kedua


الحمد لله، الحمد لله الذي أمر بذكره، ووعد من شكره، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله، صلى الله عليه وسلم، أما بعد:


عباد الله، أوصيكم ونفسي المقصرة أولًا بتقوى الله، فقد قال الله سبحانه:


﴿ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ ﴾

(النحل: 128)

Doa Penutup (Khatimah):


اللَّهُمَّ رُدَّنَا إِلَيْكَ رَدًّا جَمِيلًا، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ يُحِبُّونَ ذِكْرَكَ، وَيَشْكُرُونَ نِعْمَتَكَ، وَيَقُومُونَ بِحُقُوقِكَ، وَتَوَلَّ أُمُورَنَا كُلَّهَا، وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.


عباد الله، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ، وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.


Saturday, July 5, 2025

Abah Tgk. H. Mohd. Yunus At-Thaiby Ulama Karismatik Aceh yang Mengayomi Umat dengan Ilmu dan Cinta

 Abah Tgk. H. Mohd. Yunus At-Thaiby

Ulama Karismatik Aceh yang Mengayomi Umat dengan Ilmu dan Cinta. 


Oleh: Ayah Ilham

Latar Belakang

Abah Tgk. H. Mohd. Yunus At-Thaiby lahir di Gampong Ladang Tuha, Kecamatan Pasie Raja, Aceh Selatan, pada tanggal 22 Agustus 1945. Beliau merupakan murid senior Abuya Jalaini Musa, pimpinan Dayah Darussa’adah, Kotafajar. Tahun 1959, beliau resmi mondok di Darussa’adah, termasuk dalam angkatan kedua setelah Abuya menetap di sana.

Di masa mondok, Abah tergolong santri paling menonjol. Kelas beliau termasuk kelas inti yang hanya mampu diajar oleh dua guru utama, yakni Abu Daud Teupin Gajah dan Tgk. Tarmizi Meulaboh, yang dikenal sebagai “otak komputer” karena kepintarannya. Abah belajar selama empat tahun bersama Abu Daud hingga akhirnya mereka sebangku dalam kelas Dewan Guru asuhan langsung Abuya Jalaini Musa, termasuk saat melanjutkan ke Blang Bladeh Bireuen.

Ketika para guru senior satu per satu berpindah, Abuya sempat mengumpulkan santri untuk mencari siapa yang layak mengisi kelas Abah. Tak seorang pun berani. Hingga akhirnya Abuya sendiri menunjuk beliau:

“Nyoe meunan gata Tgk. Yunus gantoe uloen”, kata Abuya.

Dengan berlinang air mata, Abah menerima amanah itu sambil menjawab penuh harap pada doa gurunya:

“Insya Allah, nyoe na sabe, Abu sajan loen.”

Sejak saat itu, Abah menjadi tangan kanan Abuya Jalaini Musa, bahkan mengajar santri seangkatannya maupun kakak leting.

Perjalanan Pendidikan dan Santri-Santri Kader

Tahun 1963–1969, Abah melanjutkan pendidikan di Dayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh Bireuen di bawah asuhan Al-Mukarram Abu TU (Tgk. H. Muhammad Amin). Di sini pun beliau menjadi murid tua sekaligus guru senior.

Beberapa murid ulama yang lahir dari didikan beliau antara lain:

  • ‌Tgk. H. Mustafa Ahmad (Abu Paloh Gadeng)
  • Tgk. Nasruddin bin Ahmad
  • Tgk. Abu Yazid Al-Yusufi (Abon Blang Pidie)
  • Tgk. Iklil (putra beliau, pimpinan Dayah Madinatuddiniyah Jabal Rahmah Tapaktuan)
  • Tgk. Khaermen Elvey Thaiby (putra beliau, pimpinan Dayah Madinatuddiniyah Jabal Makmur).
  • Tgk. Sainusi Alyusufi (Dayah Ihya Ulumuddin Terbangan).
  • Tgk. Mahyuddin (Dayah Madinatuddiniyah Al-Anshar Jeumpa Abdya).
  • m. Tgk. Sumardi (Dayah Madinatuddiniyah Nurul Hidayah Pante Raja).
  • Tgk. Riswadi (Sinabang Simeulue)

dan banyak lagi.


Kiprah Mendirikan Pendidikan

Sekembalinya ke kampung halaman, Abah mendedikasikan diri untuk membangun pendidikan Islam:

  • ‌Dayah Ihya Ulumuddin (1982) di Ladang Tuha
  • Dayaah Madinatuddiniyah Jabal Makmur (1991) di Pucok Krueng
  • Dayah Terpadu Madinatuddiniyah Jabal Rahmah (2004) di Tapaktuan, yang memadukan pendidikan umum modern dan pendidikan salaf.

Masing-masing lembaga ini melahirkan banyak kader ulama, pendidik, dan pemimpin umat.

Peran di Pemerintahan dan Politik

Abah menjadi rujukan utama pemerintah Aceh Selatan dalam berbagai kebijakan keagamaan, termasuk sebagai pengasuh Majelis Taklim Pendopo Bupati untuk kalangan ASN dan DPRK.

Beliau juga menjabat sebagai anggota MPU Aceh, Komisi B (Pendidikan, Litbang, dan Ekonomi Umat), selama beberapa periode.

Dalam karier politik, beliau terpilih menjadi anggota DPRK Aceh Selatan periode 1999–2004 dari Partai Abulyatama.

Wafatnya Sang Ulama

Pada Minggu malam, 6 Agustus 2017, sekitar pukul 24.00 WIB, Abah berpulang ke rahmatullah di RSU Zainal Abidin Banda Aceh. Berita duka menyebar cepat, umat berbondong-bondong memenuhi komplek Dayah Jabal Rahmah untuk mengantarkan beliau ke peristirahatan terakhir.

Umat kehilangan sosok pengayom penuh cinta, guru yang tegas namun penyayang, ulama karismatik yang selalu hadir menenangkan umat.

Semoga Allah SWT menerima segala amal beliau, melipatgandakan pahala atas semua ilmu yang beliau ajarkan, dan menempatkan beliau di surga-Nya yang mulia. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.

Catatan Hitam Yazid dalam Sejarah Islam

 Ketika Dunia Menipu: Catatan Hitam Yazid dalam Sejarah

Oleh: Ayah Ilham

“Betapa buruknya hamba dunia: jika diberi ia rakus, jika tak diberi ia marah. Dunia itu manis dan hijau, tapi ia hanya fatamorgana bagi orang-orang yang terpedaya.”
— (Makna hadits riwayat Bukhari-Muslim)

Dalam sejarah Islam, ada banyak pemimpin yang mencatatkan namanya dengan tinta emas karena ketakwaan, keadilan, dan pengorbanan untuk umat. Namun tak sedikit pula yang hanya menyisakan noda hitam dalam lembar sejarah. Salah satu nama yang paling sering disebut sebagai simbol kezaliman dan cinta dunia adalah Yazid bin Mu‘awiyah.

Yazid naik takhta pada tahun 60 Hijriah menggantikan ayahnya, Mu‘awiyah bin Abi Sufyan. Pemerintahannya tidak lama, hanya sekitar tiga tahun, namun penuh dengan peristiwa besar dan kelam bagi umat Islam: terbunuhnya cucu Nabi ﷺ, penyerbuan kota Madinah, hingga pengepungan dan pembakaran Ka‘bah. Dunia memang memberinya singgasana, tetapi hanya sekejap sebelum Allah runtuhkan semuanya — sebagai peringatan bagi umat manusia.

Kekuasaan yang Menipu

Yazid lahir di tengah keluarga bangsawan Quraisy. Ayahnya adalah sahabat Nabi ﷺ dan gubernur Syam yang kemudian menjadi khalifah. Sejak kecil ia terbiasa dengan kemewahan istana, perburuan, musik, minuman keras — sebagaimana banyak riwayat menyebutkan kebiasaan buruknya. Ketika Mu‘awiyah wafat, rakyat Syam menyatakan bai‘at kepada Yazid, tetapi banyak sahabat besar menolak, termasuk Husain bin Ali, Abdullah bin Zubair, dan Abdullah bin Umar.

Sejak saat itulah darah mulai tumpah karena syahwat kekuasaan.

Tragedi Karbala: Noda Tak Terhapus

Tahun 61 H, cucu kesayangan Rasulullah ﷺ, Sayyidina Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma, bersama keluarganya dibantai di Karbala oleh pasukan yang dikirim dari pihak Yazid. Meski ia sendiri tidak hadir di medan perang, ia adalah khalifah yang memerintahkan dan membiarkan pembunuhan itu terjadi. Sejarah Islam mencatat bahwa peristiwa ini mengguncang hati umat Islam sepanjang masa. Darah Husain menjadi saksi bahwa cinta dunia dan ambisi politik bisa membutakan nurani.

Al-Harrah dan Ka‘bah yang Terbakar

Tak lama setelah itu, pada tahun 63 H, warga Madinah memberontak menolak kekhalifahan Yazid. Pasukan Yazid menyerbu kota suci itu, membunuh ribuan orang termasuk sahabat Nabi, memperkosa wanita-wanita mulia, bahkan merampok rumah-rumah. Tragedi ini dikenal sebagai Peristiwa Al-Harrah. Belum cukup sampai di situ, pasukannya juga mengepung Mekah untuk melawan Abdullah bin Zubair, sampai-sampai Ka‘bah rusak terkena peluru manjaniq dan terbakar sebagian.

Akhir yang Hina

Hanya tiga tahun lebih Yazid bertahta, dunia yang ia genggam dengan angkuh lenyap. Ia wafat secara tiba-tiba di Hawarin, Syam, pada usia sekitar 38–39 tahun, dengan meninggalkan nama buruk dan umat yang terpecah belah. Jenazahnya bahkan ditolak sebagian rakyatnya sendiri.

“Orang yang mencintai dunia, akan binasa bersamanya. Orang yang mencintai akhirat, dunia akan melayaninya.”

Pelajaran untuk Umat

Sejarah Yazid adalah peringatan keras bahwa dunia hanyalah tipuan. Kekuasaan, harta, dan kehormatan duniawi bisa menjadi jebakan yang membinasakan siapa saja yang terpedaya. Meski Yazid memimpin negeri kaum Muslimin, tapi cintanya kepada dunia membuatnya lalai dari amanah agama.

Kita belajar bahwa:

  • ‌Pemimpin yang zalim selalu meninggalkan kehinaan di dunia, apalagi di akhirat.
  • Cinta pada keluarga Nabi (Ahlul Bait) adalah kewajiban setiap Muslim.
  • Dunia hanyalah ujian, bukan tujuan.

Penutup

Hari ini nama Yazid tinggal catatan hitam. Sementara nama Husain terus harum dikenang sebagai simbol kebenaran, keberanian, dan pengorbanan. Sejarah tidak pernah salah mencatat siapa yang menipu dan siapa yang tertipu.

Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat Yazid: cinta dunia, zalim terhadap umat, dan lalai pada akhirat. Dan semoga kita semua diberi keberanian untuk meneladani Husain, meski harus menghadapi dunia yang beringas.

“Dunia itu perhiasan yang fana, dan sebaik-baik perhiasan adalah hati yang bertakwa.”