METODE PESANTREN MADINATUDDINIYAH BABUSSA'ADAH DALAM PEMBINAAN MASYARAKAT DESA TEUPIN GAJAH KECAMATAN PASIE RAJA KABUPATEN ACEH SELATAN
Oleh:
Tgk. Ilham Mirsal, S.PD.I, MA
ABSTRAK
Skrisi ini berjudul ”Metode Pesantren Madinatuddiniyah Babussa’adah dalam Membina Masyarakat Desa Teupin Gajah Kecamatan Pasie Raja Kabupaten Aceh Selatan” yang membahas tentang metode apa yang digunakan pesantren dalam membina agama masyarakat desa. Hal ini mengingat bahwa pesantren memiliki peran yang sangat besar sebagai lembaga pendidikan Islam dalam masyarakat, yang bertujuan mendidik santri dan masyarakat menjadi manusia yang paham akan ajaran Islam serta konsisten dengan pengamalannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode dan partisipasi pesantren Madinatuddiniyah Babussa’adah dalam membina masyarakat desa Teupin Gajah menjadi masyarakat yang Islami serta mampu mengamalkan ajaran Islam dengan baik. Untuk mencapai hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis mengunakan metode deskriptis analisis yaitu metode pembahasan yang bersifat pencatatan, penafsiran, penguraian dan penganalisaan terhadap data-data yang terkumpul. Untuk mendukung metode ini, penulis mengunakan teknik pengumpulan data field research yang terdiri dari observasi, wawancara, mengedarkan angket, dan dokumentasi, yang berguna untuk mendapatkan data di lapangan. Selanjutnya data tersebut dianalisa dengan menggunakan rumus persen dan hasilnya menunjukkan bahwa Pesantren Madinah Tuddiniyah Babussa’adah sudah memainkan peranannya dengan sangat baik dan menggunakan metode yang sangat tepat dalam membina pendidikan masyarakat Desa Teupin Gajah dengan menyelenggarakan kegiatan pengajian kitab-kitab fiqh yang dilaksanakan dua kali dalam semiggu serta turut berpatisipasi dalam setiap kegiatan sosial keagamaan dan kemasyarakatan seperti walimatul ’urusy, tajhiz mayat, penyelesaian konflik dalam masyarakat, faraidh dan lain-lain.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Pembangunan pesantren didorong oleh kebutuhan masyarakat akan adanya pendidikan. Sejarah telah mencatat bahwa sesungguhnya Pesantren dilahirkan atas kesadaran kewajiban dakwah Islamiyah yakni menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam sekaligus mencetak kader-kader ulama dan da’i[1] yang bertugas menyeru manusia kepada amar ma’ruf nahi mungkar.
Oleh karena itu, untuk tercapainya masyarakat yang berma’ruf nahi mu’kar diperlukan lembaga pendidikan yang dapat menunjang pendidikan masyarakat khususnya pendidikan Agama. Dalam hal ini keberadaan Pesantren dalam masyarakat sangat berperan dalam meningkatkan pengetahuan mereka terhadap ilmu pengetahuan Agama Islam untuk lebih baik.
Berkaitan dengan ini, Azyumardi Azra mengatakan bahwa “Peran yang diharapkan dapat dimainkan oleh Pesantren semakin banyak serta Pesantren diharapkan pula bukan hanya mampu menjalankan fungsi pendidikan keagamaan semata, tatapi juga peran-peran sosial lainya, termasuk di dalamnya pembinaan nilai-nilai keagamaan pada masyarakat.”[2] Untuk itu Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam mempunyai tanggung jawab dan andil yang sangat besar dalam membina dan mengembangkan masyarakat ke arah yang lebih baik, sekaligus juga memainkan peran sebagai lembaga bimbingan keagamaan, keilmuan, kepelatihan, pengembangan masyarakat, pemahaman politik dan simpul budaya.
Pesantren Madinatuddiniyah Babussa’adah merupakan salah satu Pesantren yang terdapat di desa Teupin Gajah Kecamatan Pasie Raja Kabupaten Aceh Selatan yang telah berkiprah selama 25 tahun. Adapun yang akan menjadi fokus dalam kajian dan penelitian ini adalah metode pesantren dalam membina masyarakat. Sebelum berdirinya Pesantren Madinatuddiniyah Babuss’adah masyarakat Desa Teupin Gajah masih sangat jauh dari nilai-nilai Islam. Artinya mereka masih gemar melakukan kejahatan-kejahatan seperti berjudi, menyabung ayam dan mencuri, serta mempraktekkan hal-hal yang berbau syirik dalam kehidupan sehari-hari, seperti pekenong (memelet), melepaskan hajat atau nazar di kuburan-kuburan yang dianggap keramat.
Realitas di atas cendrung menurun dewasa ini. Penulis menduga bahwa penurunan kecenderungan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam berkaitan dengan lahirnya Pesantren Madinatuddiniyah Babissa’adah ditengah-tengah masyarakat. Dimana Pesantren Madinatuddiniyah Babussa’dah telah dapat membina sikap keagamaan yang dimiliki oleh warga Desa Teupin Gajah.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas penulis ingin meneliti guna mendapatkan pengetahuan yang lebih konprehensif tentang metode pembinaan Pesantren Madinatuddiniyah Babussa’dah dalam pembinaan masyarakat Desa Teupin Gajah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah dalam pembahasan ini adalah:
1. Metode apa saja yang dilakukan Pesantren Madinatuddiniyah Babussa’dah dalam membina Masyarakat Desa Teupin Gajah terhadap pencapain target pembinaan Agama.
2.
Apa saja Partisipasi Pesantren
Madinatuddiniyah Babussa’dah dalam bidang sosial keagamaan masyarakat Desa Teupin Gajah.
C. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari pengertian rangkap dan kesalahan penafsiran pembaca, maka penulis merasa perlu terlebih dahulu menyajikan penjelasan istilah yang terdapat dalam skripsi ini. Adapun istilah yang di maksud adalah sebagai berikut:
a. Metode
Metode adalah suatu cara kerja yang sistimatis untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan di tentukan atau mencapai suatu keberhasilan.[3]
Berdasarkan penjelasan di atas, maka metode yang penulis maksudkan dalam tulisan ini adalah bagai mana cara yang digunakan Pesantren Madinatuddiniyah Babussa’dah dalam membina Masyrakat Desa Teupin Gajah akan turut menentukan untuk tercapai pembinaan yang telah ditetapkan.
b. Pesantren
Pesantren berasal dari kata “santri” yang mendapat awalan ”pe-” dan akiran ”-an”. Sujoko Prasejo mendefenisikan pasatren sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam umumnya dengan cara klasikal dimana seorang ”kyai” mengajarkan ilmu agama Islam kepada ”santri-santri” berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab dan biasanya para santri tinggal dalam pondok Pesantren tersebut.[4]
Di Aceh Pesantren dikenal dengan sebutan ”dayah” yang berasal dari bahasa Arab ”zawiyah” yang artinya ”sudut mesjid” tempat tinggal para murid. Dengan demikian Pesantren atau dayah adalah suatu lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan ilmu agama Islam kepada santrinya para santri tinggal di Pesantren tersebut.
c. Pembinaan Masyarakat
Kalimat di atas terdiri dari dua suku kata, yaitu pembinaan dan masyarakat. Pembinaan berasal dari bahasa Indonesia yang asal katanya adalah ”bina” kemudian diberi awalan “pe-” dan akiran ”-an” menjadi pembinaan. Dalam kamus umum bahasa Indonesia arti kata pembinaan adalah pembangunan (negara, dsb), pembaharuan.[5]
Pembinaan dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan dalam pembinaan atau membuat lebih baik. Sejalan dengan arti pembinaan, S. Hidayat mengatakan: ”Pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar, berencana, teratur dan terarah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan subjek didik dengan tindakan-tindakan pengarahan dan bimbingan”.[6]
Sedangkan kata masyarakat dalam bahasa Inggris disebut soeiety, asal katanya sosius yang artinya kawan. Adapun kata ”masyarakat” berasal dari Bahasa Arab yaitu syirk artinya bergaul. Para ahli seperti Machlver, J.L Gillia dan J.P. Gillin sepakat bahwa adanya saling bergaul dan interaksi karna mempunyai nilai-nilai, norma-norma dan prosudur yang merupakan kebutuhan bersama sehingga masyarakat merupakan kesatuan hudup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa indetitas bersama.[7]
Adapun pembinaan masyarakat yang penulis maksudkan adalah bagai mana upaya yang dilakukan oleh Pesantren Madinatuddiniyah Babissa’adah dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan sikap atau akhlak masyarakat Desa Teupion Gajah kearah yang lebih baik.
D. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak dari permasalahan di atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari pembahasan skripsi ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui metode apa saja yang digunakan Pesantren Madinatuddiniyah Babussa’dah dalam pembinaan masyarakat desa Teupin Gajah.
2. Untuk mengetahui apa saja Partisipasi Pesantren Madinatuddiniyah Babussa’dah dalam bidang sosial keagamaan masyarakat Desa Teupin Gajah.
E. Postulat dan Hipotesis
Menurut Wunarno Surachmad ”postulat” atau anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik sedangkan ”hipotesis” adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya diuji secara empiris.[8]
Dalam penelitian ini yang menjadi postulat (anggapan dasar) adalah ”dengan menggunakan metode yang tepat maka akan dapat meningkatkan pendidikan agama masyarakat Desa Teupin Gajah.
Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Metode Pembinaan Pesantren Madinatuddiniyah Babussa’dah dapat meningkatkan pendidikan masyarakat Desa Teupin Gajah.
b. Pesantren Madinatuddiniyah Babussa’adah ikut berpatisipasi dalam bidang sosial keagamaan masyarakat Desa Teupin Gajah.
[1] Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Grafindo:110)
[2] Azyumardi Azra, ”Pengantar”, dalam Nurcholis Majid, Bili-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997), hal. XXVI.
[3] Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 2000), hal.1180
[4] Sujoko Prasejo, et.al., Profil Pesantren, (Laporan Hasil Penelitian Pesantren Al-Falah dan Delapan Pesantren Lain di Bogor, LP3ES, 1975), hal. 6.
[5] WJS. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hal 141.
[6] S. Hidayat, Pembinaan Generasi Muda, Cet. 1, (Surabaya: Study Group, 1978), hal 26
[7] Seperti dikutip M. Munandar Soelaeman, Klmu Sosial Dasar, Teori dan Konsep Ikmu Sosial, Edusi Revisi, hal. 25.
[8] Moh. Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesua, 1998), hal. 182.
No comments:
Post a Comment