DAYAH TIPE A PLUS DI ACEH
Pemutakiran Data Dayah tahun 2018 menempatkan sejumlah dayah Tebaik diposisi A Plus, B, C dan Dayah Non Tipe, untuk tipologi Dayah tahun 2021-2022 sudah ditetapkan oleh Majelis Akreditasi Dayah Aceh (MADA) yang juga mempedomani pada hasil pemutaakiran data terdahulu dan disuplemen standar akreditasi yang sudah disepakati sesuai regulasi yang berlaku.
Untuk para pelaku dayah yang kemudian ingin mengusulakan tipologi dayah dari A atau B ke A plus, mungkin bisa merujuk pada salpras dayah A Plus yang ditetapkan tahun 2018 lalu, dengan mempedomani gambar visual berikut ini:
Riwayat Pendirian Dayah MUDI:
Lembaga Pendidikan Islam Ma`hadal Ulum Diniyyah Islamiyyah (MUDI) Mesjid Raya berlokasi di desa Mideuen Jok Kemukiman Mesjid Raya, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen Propinsi Aceh. Dayah MUDI Mesjid Raya ini telah didirikan seiring dengan pembangunan Mesjid Raya yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Sultan Iskandar Muda. Pimpinan dayah ini yang pertama dikenal dengan nama Faqeh Abdul Ghani. Namun yang sangat disayangkan khazanah ini tidak dicatat oleh sejarah sampai tahun berapa beliau memimpin lembaga pendidikan Islam ini dan siapa penggantinya kemudian. Barulah pada tahun 1927, dijumpai secara jelas catatan sejarah yang meriwayatkan perjalanan pimpinan Dayah ini. Dari tahun ini Dayah dipimpin oleh Al-Mukarram Tgk. H. Syihabuddin Bin Idris dengan para santri masa itu berjumlah 100 orang putra dan 50 orang putri. Mareka diasuh oleh 5 orang tenaga pengajar lelaki dan 2 orang guru putri. Sesuai dengan kondisi zaman pada masa itu bangunan asrama tempat menampung para santri merupakan barak-barak darurat yang dibangun dari batang bambu dan rumbia. Setelah Tgk. H. Syihabuddin Bin Idris wafat (1935) Dayah dipimpin oleh Adik ipar beliau Al-Mukarram Tgk. H. Hanafiah Bin Abbas atau lebih dikenal dangan gelar Tgk. Abi. Jumlah pelajar pada masa kepemimpinan beliau sedikit meningkat menjadi 150 orang putra dan 50 orang putri. Kondisi pisik bangunan asrama dan balai pengajian tidak berbeda dengan yang ada pada masa kepemimpinan Almarhum Tgk. H. Syihabuddin Bin Idris. Di mana pada masa itu bangunan asrama masih berbentuk barak-barak darurat. Dalam masa kepemimpinan beliau, pimpinan Dayah pernah diperbantukan kepada Tgk. M. Shaleh selama 2 tahun ketika beliau berangkat ke Mekkah untuk menjalankan ibadah Haji dan menimba ilmu pengetahuannya. Setelah Almarhum Tgk. H. Hanafiah wafat (1964) Dayah tersebut
dipimpin oleh salah seorang menantu beliau yaitu Tgk. H. Abdul Aziz Bin Tgk.
M. Shaleh. Almukarram yang dipanggil dengan Abon yang bergelar Al-Mantiqiy
ini adalah murid dari Abuya Muda Wali pimpinan Dayah Bustanul Muhaqqiqien
Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan. Setelah Tgk. H. Abdul `Aziz Bin M. Shaleh wafat (1989), pergantian kepemimpinan Dayah ini diambil melalui hasil kesepakatan para alumni dan masyarakat. Melalui berbagai pertimbangan musyawarah alumni mempercayakan kepemimpinan Dayah ini kepada salah seorang menantunya yaitu Tgk. H. Hasanoel Bashry Bin H. Gadeng. Tgk. H. Hasanoel Bashry yang sekarang dikenal dengan sebutan Abu MUDI adalah murid senior lulusan Dayah itu sendiri yang sudah berpengalaman mengelola kepemimpinan Dayah semasa Abon mulai jatuh sakit. Di masa kepemimpinan Tgk. H. Hasanoel Bashry H.G, dayah tersebut mengalami peningkatan yang semakin besar. Jumlah pelajar yang menuntut ilmu pada Dayah tesebut semakin bertambah dengan pesat. Para pelajar ini datang dari berbagai daerah baik dari dalam maupun dari luar provinsi Aceh |
|
Berikut dibawah ini terlihat lokasi bersih dari arah depan dan belakang dayah, sebuah bangunan dayah A Plus harus terta dengan baik rapi sesuai dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya yang ada di Indonesia. Begitu juga dengan bilik santri harus bersih dan nyaman agar anak didik sehat serta merasa tenang dalam beristirahat, dubawah ini coba diperhatikan gambar kamar santri yang sudah sangat standar dan patut kita apresiasi.
Berikutnya kita perhatikan foto rangkang atau balai pengajian yang sudah standar, balai yang asri, tidak kusam, tapi terang serta dilengkapi dengan pohon serta taman yang membuat kondisi sejuk, dan pada malam hari dengan pencahayaan yang memadai, sehingga ruang belajar menjadi sebuah tempat yang nyaman, agar anak didik merasa betah dalam proses belajar mengajar.
Sebuah dayah A Plus juga harus dilengkapi dengan Balai wali santri, yang digunakan oleh para wali santri saat berkunjung, serta sebuah rung tunggu yang nyaman dan standar, foto dibawah ini menjadi salah satu contoh untuk sebuah tempat saat wali santri hadir ke dayah bersangkutan untuk berkunjung.
Selain balai wali santri, juga harus dilengkapi dengan mushala/ masjid sebagai sarana ibadah, sebuah tempat ibadah yang layak serta nyaman, sarana ibadah yang akan menjadi contoh baik untuk kalangan non dayah, artinya harus diikuti dengan kemakmuran ruh dan fisik, fisik yang terjamin dar kerbisahan najis dan sebagainya.
Sisi lain juga memiliki dapur umum yang terjamin kebersihan dan kesehatan, gambar dibawah ini menunjukkan pada kita semua sebuah dapur umum yang standar dan bersih, tidak memancing kuman dan bau, dapur dayah A Plus yang patut kita contoh dan kita ikuti bersama.
Terakir dan tentu banyak lainnya, pustaka, ruang baca, kantor, ruang adminitrasi, raung kepala, ruang tamu kusus. Dibawah ini salah satu ruang kntor yang rapi dan standar.
Demikian sebagai rujukan bagi kita semua bagi yang ingin mengusulkan kenaikan tipologi di tahun 2022 mendatang, tentu bukan hanya salpras saja menjadi prioritas, akan tetapi juga stardar lain harus diikuti, namun gambaran slpras merupakan han urgent karna fisik merupakan hal utama dalam sebuah nilai keindahan dan kerapian. (AY).
No comments:
Post a Comment