Tuesday, June 6, 2023

MASJID GUDANG BULOH (Dari Gudang Serdadu Belanda, Menjadi Masjid Keramat).

MASJID GUDANG BULOH

(Dari Gudang Serdadu Belanda, Menjadi Masjid Keramat).

Oleh:

Tgk. Ilham Mirsal, S.Pd.I,. MA.

Khazanahacehnusantara: Jika berkunjung ke Nagan Raya, kurang lengkap rasanya jika tidak berkunjung ke Masjid Jamik Syaikhuna, sebuah Masjid yang terletak dijalan lintas Meulaboh-Tapaktuan, tepatnya terletak di Gampong Ujong Pasie, Kec. Kuala, Nagan Raya, Aceh. Masjid ini tidak jauh terletak dari Masjid Giok Nagan Raya yang di bangun sejak tahun 2010 dan diresmikan pada tahun 2022 silam.

Masjid Jamik Syaikhuna ini lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan Masjid Gudang Buloh, Karena sejarah awalnya merupakan sebuah tempat yang digunakan oleh Serdadu Belanda ketika merekonstruksi jalan lintas Meulaboh-Tapaktuan lebih kurang abad 7 Masehi (1890-an). 

Gudang tersebut digunakan oleh Serdadu Belanda untuk menyimpan bahan material dan alat kerja, serta menjadi Kem tempat prajurit Belanda beristirahat. Seiring kekalahan Belanda di Meulaboh, gudang tersebut ditinggalkan begitu saja oleh para Serdadu Belanda pada tahun 1892 M.

Melihat kondisi gudang Sudah ditinggalkan oleh Belanda, oleh pemuka agama setempat memanfaatkan tempat tersebut untuk digunakan sebagai Masjid tempat beribadah, ketika itu masyarakat Ujong Pasie dan sekitarnya belum ada Masjid tempat beribadah, gagasan ini di inisiator oleh Tgk. Abdurrani atau lebih dikenal dengan sebutan Tgk. Putik (ulama), sejak itulah sejarah awal pembangunan Masjid Jamik Syaikhuna di mulai, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Masjid Gudang Buloh yang berarti GUDANG yang Terbuat dari BULOH (Bambu Runcing).

Sekilas masjid ini terlihat sama dengan kebanyakan Masjid lainnya di Aceh, namun ada keunikan tersendiri, selain lokasinya yang luas dan bersih, di komplek masjid tersebut terdapat banyak bangunan lainnya, ada asrama, musholla kecil, bak wudhu dan berbagai ornamen yang menjelaskan tapak tilas sejarah Masjid tersebut.

Masjid ini dibangun sangat indah dengan konstruksi arsitektur Timur Tengah, terdapat lima buah khubah melambangkan rukun Islam 5, empat buah kubah yang agak kecil terletak disampingnya, sementara khubah Besar terletak tepat ditengah masjid. Selain khubah masjid, juga terdapat sebuah menara yang melambung tinggi, kurang lebih 30 meter yang mempercantik kondisi masjid jika dipandang mata.


MASJID KERAMAT

Masyarakat sekitar sangat meyakini bahwa masjid ini Kharamah dalam logat Aceh dibaca dengan ejaan (Keuramat). Awal mulanya diyakini Keramat, karena peristiwa salah seorang warga setempat hilang saat menanam padi di sawah, sudah 3 hari 3 malam penduduk mencarinya tidak membuahkan hasil, secara spontan salah seorang warga bernazar (jika warganya di temukan maka akan di tunaikan nazar di masjid Gudang Buloh).

Setelah nazar (kaoy) tersebut di ikralkan, tidak lama selang waktunya, warga yang hilang tersebut ditemukan dengan selamat dalam kondisi sehat dan baik-baik saja, sejak peristiwa itu, hingga sekarang masyarakat meyakini Kharamah/ keramatnya masjid Buloh Gudang Nagan.

Keyakinan masyarakat setempat begitu melekat, hingga sekarang ritual NAZAR tersebut terus tumbuh dan hidup ditengah-tengah masyarakat Nagan Raya, hampir setiap hari ada saja masyarakat yang menunaikan nazarnya di Masjid Gudang Buloh, penulis mengamati terdapat beberapa panduan khusus tentang adab menunaikan nazar (Kaoiy) disini. Misalnya ada tulisan khusus bak air bagi pengunjung yang bernazar, terdapat caleng amal khusus untuk nazar, (caleng yang terpisah dengan caleng amal Masjid).

Selain itu juga sudah ada pemandu khusus yang disediakan oleh pihak masjid, yang menuntun tatacara menuaikan nazar. Penulis juga mengamati ada sebuah tiang masjid "khusus", tiang yang sudah diikat kain kuning, dan kain lainnya menandakan media menunaikan hajat, selain kain warna warni di tiang Tengah masjid, juga disediakan Kemeunyan (kemenyan) untuk di bakar, biasanya ada pemandu yang membantu menunaikannya seraya dibacakan doa-doa dan permohonan hajatnya.

Peristiwa ini tidak asing kita saksikan di masjid ini, masyarakat dari berbagai asal dan latar belakang hadir menunaikan hajatnya disini, ada yang membawa padi, buah, ayam dan kambing, di lokasi masjid sudah di sediakan kandang kambing kusus oleh panitia, dan juga tersedia dapur umum untuk masak kambing nazar.

Terlepas dari ritual dan keyakinan masyarakat Nagan Raya, bagi penulis semua masjid Kharamah tanpa kecuali, begitu juga dengan tradisi Nazar (kaoy) selama sesuai dengan tuntunan agama dan syar'i, apa salahnya, terpenting pemuka Agama di wilayah Nagan Raya mengawal serta mengajarkan tata cara bernazar dengan baik dan benar kepada umat, agar terjauh dari praktik syirik, nauzubillahi mindzalik. 

Terakhir, penulis merekomendasikan masjid Gudang Buloh sebagai salah satu tempat wisata religi di Nagan Raya dan Aceh, masjid yang penuh berkah ini sangat nyaman untuk beribadah serta aman untuk beristirahat sejenak bagi pelancong, selamat datang di Nagan Raya Aceh. (Ayah Ilham).


Friday, June 2, 2023

MASJID KUPIAH MEUKUTUB ATAU MASJID TEUKU UMAR KOTA BANDA ACEH

MASJID KUPIAH MEUKUTUB ATAU MASJID TEUKU UMAR KOTA BANDA ACEH

Penulis 

(Tgk. Ilham Mirsal, MA).

Jika merujuk pada sejarah awal pembangunannya masjid ini sudah memiliki usia 34 tahun, masjid ini memiliki 5 segi (sisi) dengan makna filosofisnya sebagai rukun Islam dan Pancasila, artinya ruh masjid yang mengandung dua unsur utama, yakni Spritual Religius dan nasionalisme, dengan harapan kelak menjadi pusat penyebaran Agama dan pemersatu Bangsa.

Anda tau kenapa Masjid Stui Kota Banda Aceh ini disebut dengan nama Masjid Teuku Umar atau Masjid Kupiah Meukutub? Berikut ulasan sejarah dan alasan penyebutan nama Masjid Musyahadah Stui Kota Banda Aceh.

Berbeda dengan Masjid lain di dunia, masjid ini memiliki arsitektur yang serat dengan budaya Aceh, melambangkan gaya kecehan yang kental dengan nilai perjuangan.

 Lalu terlintas dibenak para pengunjung apa  hubungan sejarah dengan sang pahlawan Nasional Teuku Umar, yang di poster resmi Gambar pahlawan Nasional menggunakan Kupiah Meukutub kas bangsawan Aceh.

Alasan Pertama, masyarakat menyebut Masjid ini dengan sebutan Masjid Teuku Umar, kerena Masjid ini terletak dijalan Teuku Umar, Geuceu Kaye Jatoe, Kecamatan Banda Raya, Kota Banda Aceh, Karena terletak di jalan Teuku Umar maka masyarakat menyebutnya dengan sebutan Masjid Teuku Umar.

Alasan kedua, karena puncak masjid Baitul Musyahadah ini berbentuk Kupiah Teuku Umar, Kupiah khas bangsawan Aceh Tempoe Doeloe,, Kupiah ini melekat dengan sosok Teuku Umar karena gambar pahlawan Nasional Teuku Umar menggunakan Kupiah tersebut, karena itulah masyarakat menyebutnya dengan sebutan Masjid Teuku Umar.

Lantas kenapa disebut masjid Kupiah Meukutub? Dengan alasan yang sama, karena Masjid Baitul Musyahadah ini memiliki khas arsitektur Kupiah Meukutub, yaitu Kupiah bangsawan Aceh Tempoe Doeloe,, selain puncaknya yang memiliki khas Kupiah Meukutub, ada sejumlah rapleksi Kupiah serupa diberbagai pojok Masjid, diantaranya 4 buah Kupiah Meukutub digerbang masuk kiri dan kanan Masjid, di pintu masuk utama, serta di mi'rab utama masjid juga terdapat Bentuk Kupiah Meukutub khas Teuku Umar.

Selain nama diatas, masjid ini juga disebut Masjid Stui, nama masjid sebenarnya adalah Masjid Baitul Musyahadah.

Sejarah Pembangunan Masjid Teuku Umar.

Masjid ini dibangun 34 tahun silam secara swadaya oleh masyarakat sekitar, tepatnya tahun 1989 dengan nama Masjid Al-Ikhlas, kemudian 4 tahun kemudian, tepatnya tahun 1993 Masjid ini direnovasi ulang berbentuk khas tradisional Aceh, yakni Kupiah Meukutub, yang dipelopori oleh Cendikiawan atau Budayawan Aceh Prof. Dr. Ali Hasyimi, sekaligus merubah nama Masjid menjadi Baitul Musyahadah.

Jika merujuk pada sejarah awal pembangunannya masjid ini sudah memiliki usia 34 tahun, masjid ini memiliki 5 segi (sisi) dengan makna filosofisnya sebagai rukun Islam dan Pancasila, artinya ruh masjid yang mengandung dua unsur utama, yakni Spritual Religius dan nasionalisme, dengan harapan kelak menjadi pusat penyebaran Agama dan pemersatu Bangsa.

Masjid Baitul Musyahadah juga memiliki pekarangan yang luas, hampir 3 hektar,, dipojok pekarangan banyak terdapat ornamen bersejarah, terletak dipusat kota, mudah di jangkau, tentunya masjid ini menawarkan kenyamanan dan keamanan bagi para jama'ahnya, masjid terdiri dari dua lantai, mampu menampung ribuan jama'ah.

Diantara banyaknya masjid di kota Banda Aceh, penulis juga merekomendasikan Masjid Teuku Umar ini sebagai salah satu tujuan wisata religi di Nanggroe Aceh Darussalam. 

Apa lagi pada hari Jum'at, masjid ini banyak para dermawan yang membagikan makanan selepas shalat Jum'at, kami melihat sudah menjadi tradisi bagi jamaah tetap masjid Baitul Musyahadah, masyarakat Sekitar, para saudagar kaya, hartawan serta para dermawan membawakan makanan setiap Jum'at untuk dibagikan pada para jamaah, selamat berkunjung ke Masjid masyarakat kota Banda Aceh. Wassalam (Ayah Ilham).