MASJID GUDANG BULOH
(Dari Gudang Serdadu Belanda, Menjadi Masjid Keramat).
Oleh:
Tgk. Ilham Mirsal, S.Pd.I,. MA.
Khazanahacehnusantara: Jika berkunjung ke Nagan Raya, kurang lengkap rasanya jika tidak berkunjung ke Masjid Jamik Syaikhuna, sebuah Masjid yang terletak dijalan lintas Meulaboh-Tapaktuan, tepatnya terletak di Gampong Ujong Pasie, Kec. Kuala, Nagan Raya, Aceh. Masjid ini tidak jauh terletak dari Masjid Giok Nagan Raya yang di bangun sejak tahun 2010 dan diresmikan pada tahun 2022 silam.
Masjid Jamik Syaikhuna ini lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan Masjid Gudang Buloh, Karena sejarah awalnya merupakan sebuah tempat yang digunakan oleh Serdadu Belanda ketika merekonstruksi jalan lintas Meulaboh-Tapaktuan lebih kurang abad 7 Masehi (1890-an).
Gudang tersebut digunakan oleh Serdadu Belanda untuk menyimpan bahan material dan alat kerja, serta menjadi Kem tempat prajurit Belanda beristirahat. Seiring kekalahan Belanda di Meulaboh, gudang tersebut ditinggalkan begitu saja oleh para Serdadu Belanda pada tahun 1892 M.
Melihat kondisi gudang Sudah ditinggalkan oleh Belanda, oleh pemuka agama setempat memanfaatkan tempat tersebut untuk digunakan sebagai Masjid tempat beribadah, ketika itu masyarakat Ujong Pasie dan sekitarnya belum ada Masjid tempat beribadah, gagasan ini di inisiator oleh Tgk. Abdurrani atau lebih dikenal dengan sebutan Tgk. Putik (ulama), sejak itulah sejarah awal pembangunan Masjid Jamik Syaikhuna di mulai, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Masjid Gudang Buloh yang berarti GUDANG yang Terbuat dari BULOH (Bambu Runcing).
Sekilas masjid ini terlihat sama dengan kebanyakan Masjid lainnya di Aceh, namun ada keunikan tersendiri, selain lokasinya yang luas dan bersih, di komplek masjid tersebut terdapat banyak bangunan lainnya, ada asrama, musholla kecil, bak wudhu dan berbagai ornamen yang menjelaskan tapak tilas sejarah Masjid tersebut.
Masjid ini dibangun sangat indah dengan konstruksi arsitektur Timur Tengah, terdapat lima buah khubah melambangkan rukun Islam 5, empat buah kubah yang agak kecil terletak disampingnya, sementara khubah Besar terletak tepat ditengah masjid. Selain khubah masjid, juga terdapat sebuah menara yang melambung tinggi, kurang lebih 30 meter yang mempercantik kondisi masjid jika dipandang mata.
MASJID KERAMAT
Masyarakat sekitar sangat meyakini bahwa masjid ini Kharamah dalam logat Aceh dibaca dengan ejaan (Keuramat). Awal mulanya diyakini Keramat, karena peristiwa salah seorang warga setempat hilang saat menanam padi di sawah, sudah 3 hari 3 malam penduduk mencarinya tidak membuahkan hasil, secara spontan salah seorang warga bernazar (jika warganya di temukan maka akan di tunaikan nazar di masjid Gudang Buloh).
Setelah nazar (kaoy) tersebut di ikralkan, tidak lama selang waktunya, warga yang hilang tersebut ditemukan dengan selamat dalam kondisi sehat dan baik-baik saja, sejak peristiwa itu, hingga sekarang masyarakat meyakini Kharamah/ keramatnya masjid Buloh Gudang Nagan.
Keyakinan masyarakat setempat begitu melekat, hingga sekarang ritual NAZAR tersebut terus tumbuh dan hidup ditengah-tengah masyarakat Nagan Raya, hampir setiap hari ada saja masyarakat yang menunaikan nazarnya di Masjid Gudang Buloh, penulis mengamati terdapat beberapa panduan khusus tentang adab menunaikan nazar (Kaoiy) disini. Misalnya ada tulisan khusus bak air bagi pengunjung yang bernazar, terdapat caleng amal khusus untuk nazar, (caleng yang terpisah dengan caleng amal Masjid).
Selain itu juga sudah ada pemandu khusus yang disediakan oleh pihak masjid, yang menuntun tatacara menuaikan nazar. Penulis juga mengamati ada sebuah tiang masjid "khusus", tiang yang sudah diikat kain kuning, dan kain lainnya menandakan media menunaikan hajat, selain kain warna warni di tiang Tengah masjid, juga disediakan Kemeunyan (kemenyan) untuk di bakar, biasanya ada pemandu yang membantu menunaikannya seraya dibacakan doa-doa dan permohonan hajatnya.
Peristiwa ini tidak asing kita saksikan di masjid ini, masyarakat dari berbagai asal dan latar belakang hadir menunaikan hajatnya disini, ada yang membawa padi, buah, ayam dan kambing, di lokasi masjid sudah di sediakan kandang kambing kusus oleh panitia, dan juga tersedia dapur umum untuk masak kambing nazar.
Terlepas dari ritual dan keyakinan masyarakat Nagan Raya, bagi penulis semua masjid Kharamah tanpa kecuali, begitu juga dengan tradisi Nazar (kaoy) selama sesuai dengan tuntunan agama dan syar'i, apa salahnya, terpenting pemuka Agama di wilayah Nagan Raya mengawal serta mengajarkan tata cara bernazar dengan baik dan benar kepada umat, agar terjauh dari praktik syirik, nauzubillahi mindzalik.
Terakhir, penulis merekomendasikan masjid Gudang Buloh sebagai salah satu tempat wisata religi di Nagan Raya dan Aceh, masjid yang penuh berkah ini sangat nyaman untuk beribadah serta aman untuk beristirahat sejenak bagi pelancong, selamat datang di Nagan Raya Aceh. (Ayah Ilham).